Strategi Warga Kampung di Bantaran Sungai Ciliwung Hadapi Covid-19

by
https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2020/05/29/1182020/670x335/strategi-warga-kampung-di-bantaran-sungai-ciliwung-hadapi-covid-19.jpg
Corona. Unsplash ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Merebaknya pandemi Covid-19 mendorong warga untuk melakukan berbagai kreasi guna menjaga diri dan lingkungannya dari ancaman tertular. Ada begitu banyak upaya yang dilakukan untuk melawan dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Hal itu juga dilakukan oleh beberapa kampung di bantaran sungai Ciliwung.

Perwakilan Komunitas Anak Kali Ciliwung, Deri menyampaikan ada sejumlah langkah yang dilakukan kampun-kampung di Bantaran sungai Ciliwung, misalnya Kampung Lodan dan Kampung Kerapu demi membentengi diri dari Covid-19. Salah satunya dengan membatasi akses masuk.

"Kenapa harus dibatasi? Kita tidak mau ada orang asing yang lewat membawa penyakit. Banyak warga lain yang hanya lewat untuk mobilitas saja," kata dia, dalam diskusi daring, Jumat (29/5).

"Total ada 10 akses masuk dan kita tutup 7 akses masuk. Tetap buka 3 agar bisa tetap beraktivitas di luar. Karena rata-rata bekerja di sektor informal dan buruh pabrik," imbuh Deri.

Di tiga pintu masuk yang dibuka itu, warga menempatkan tiga wastafel portable. Dengan begitu mereka yang baru warga yang hendak keluar masuk kampung dapat mencuci tangan mereka.

"Kita juga lakukan distribusi hand sanitizer oleh komunitas kepada mereka yang masih berkegiatan di luar (kampung)," katanya.

Selanjutnya ada pula kegiatan penyemprotan disinfektan. Kegiatan yang dijalankan oleh anak-anak muda kampung tersebut, dilakukan satu kali dalam sepekan. "Kita juga buat banner poster agar semakin peduli dan tahu ancaman Covid-19," urai dia.

Upaya menjamin ketersediaan bahan pangan bagi warga pun dilakukan. Secara patungan maupun dengan menerima donasi dari warga, telah dikumpulkan sejumlah uang untuk membeli beras.

"Belanja beras bersama untuk cadangan atau stok makanan. dengan membuka donasi dari publik agar warga bisa beli beras dengan murah dengan harga harga Rp 5.000 per kg," ujar Deri.

Dia mengatakan pasca merebaknya Covid-19 ada sejumlah perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial warga kampung. Misalnya makin diperhatikannya pola hidup sehat. "Bisa dilihat tanpa diberi tahu lagi warga yang keluar dari wilayah perkampungan sudah memakai masker. sebelum masuk dia cuci tangan, dan sekarang lebih peduli, saling mengingatkan warga lain," ungkap dia.

Warga juga secara kreatif memanfaatkan jalan-jalan yang ditutup untuk berbagai kegiatan yang bermanfaat, seperti arena olahraga. Selain itu, kampung juga dia akui menjadi lebih aman. Karena kontrol menjadi lebih mudah dengan ditutupnya 7 pintu masuk.

"Jalan tersebut untuk berolahraga, contohnya tenis meja sepeda. menanam, membuat kolam ikan dan lain-lain. Lebih aman karena kita hanya kontrol tiga pintu," tandasnya. [gil]