https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/700x465/photo/2020/03/12/3450692439.jpg
Bocah asal Sragen, Jawa Tengah, yang jari tangan kanannya bengkak digigit kutu kucing meninggal dunia, Kamis (28/5/2020).Kolase Kompas.com/Pexels.com

Bocah Asal Sragen yang Jari Tangnnya Digigit Kutu Kucing Meninggal, Benarkah Kutu Kucing Bisa Membunuh Manusia?

by

Intisari-Online.com - Tsamara Kumaira Mariba, bocah asal Dukuh Dayu RT 017 RW 005, Desa Jati Tengah, Sukodono, Sragen, Jawa Tengah, yang jari tangan kanannya bengkak digigit kutu kucing meninggal dunia.

Sebelum meninggal, Tsamara yang usianya genap 1 tahun pada 10 April 2020 sempat dirawat di RSUD Dr Moewardi Solo karena mengalami demam tinggi dan muntah.

 

Kasus ini memang menarik perhatian. Namun, apakah kutu kucing benar-benar dapat berakibat fatal pada manusia?

Dokter hewan sekaligus pengajar di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nisa Cendana Kupang, drh. Yeremia Yobelanno Sitompul M.Sc menjelaskan, pada tubuh hewan peliharaan seperti kucing sering ditemukan ektoparasit.

Ektoparasit memiliki empat jenis yaitu kutu, tungau, pinjal, dan caplak.

Namun, masyarakat umumnya menyebut keempatnya dengan istilah yang sama yakni kutu.

Terkait kasus meninggalnya balita di Sragen, kata Yeremia, jika ingin mendapatkan kepastian penyebabnya maka perlu diketahui apakah benar-benar meninggal karena gigitan kutu kucing atau tidak.

Jika benar, perlu juga untuk memeriksa jenis kutu apa yang mengigit balita tersebut.

Tapi jika asumsinya adalah benar ada ektoparasit yang mengigit tubuh balita, kemungkinan itu jenis pinjal yang bernama Ctenocephalides felis. Parasit yang memang ditemukan pada kucing.

Dia menjelaskan, ada tiga kemungkinan yang terjadi ketika parasit mengigit manusia. Pertama dan paling umum adalah alergi.

Lalu bisa juga terjadi infeksi sekunder, di mana luka akibat gigitan menjadi pintu masuk bagi bakteri ke tubuh. Atau parasit itu sendiri ketika mengigit memang sedang membawa bakteri.

"Jadi (kalau parasit tak membawa bakteri) mentok-mentok efeknya gatal-gatal saja kayak digigit nyamuk," katanya kepada Kompas.com, Jumat (29/5/2020).

Melihat kondisi yang dialami balita di Sragen dengan mengalami pembengkakan dan demam, Yeremia menilai, kemungkinan pinjal menggigit dan membawa bakteri bernama Bartonella henselae.

Pada manusia, bakteri ini bisa berdampak pembengkakan dan kulit kemerahan pada bekas gigitan, demam, lelah, tidak nafsu makan, serta pembengkakan kelenjar getah bening.

Sebagian orang bisa mengalami gejala yang parah, seperti pada balita dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah.

"Kemungkinan ada bakteri itu. Selain itu, kan ini anak kecil, mungkin saja ada efek alergi juga karena gigitan, ludahnya kutu kan enggak umum jadi tubuh meresponsnya berlebihan. Tapi kalau saya lihat sampai terjadi demam, itu karena infeksi bakterial," jelasnya.

Berbeda dengan yang terjadi pada manusia. Jika bakteri Bartonella henselae masuk pada tubuh kucing, reaksinya tidak berlebihan. Mayoritas kucing pembawa bakteri bahkan tidak menunjukkan gejala apapun.

"( Bakteri Bartonella henselae) hanya sedikit yang menyebabkan demam pada kucing, itu sangat jarang," kata dia.

Yohana Artha Uly

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kasus di Sragen, Benarkah Kutu Kucing Bisa Bunuh Manusia?"