https://awsimages.detik.net.id/visual/2018/12/06/7ffbd26a-bf50-4f45-87ff-186fe20470d7_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Sentimen Campur-Aduk, Investor Obligasi RI di Simpang Jalan

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada akhir pekan ini (29/5/2020) mencatatkan stagnasi, hampir tidak mengalami perubahan di tengah sentimen yang beragam dari pelonggaran karantina wilayah (lockdown) guna menormalisasi ekonomi diimbangi dengan tensi AS-China yang kian membara.

Data Refinitiv menunjukkan stagnasi harga surat utang negara (SUN) tercermin dari dua seri acuan (benchmark). Kedua seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun dan FR0083 bertenor 20 tahun, sementara untuk seri FR0082 bertenor 10 tahun sedikit koreksi, sedangkan FR0080 bertenor 15 tahun membukukan kenaikan.

Seri acuan yang menguat hari ini adalah FR0080 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 0,10 basis poin (bps) menjadi 7,984%, sementara FR0082 yang bertenor 10 tahun justru melemah dengan kenaikan yield 0.10 bps. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 29 Mei'20
SeriJatuh tempoYield 28 Mei'20 (%)Yield 29 Mei'20 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar PHEI 29 Mei'20 (%)
FR00815 tahun7.1317.1310.006.7812
FR008210 tahun7.6757.6760.107.3095
FR008015 tahun7.9857.984-0.107.797
FR008320 tahun7.9407.9400.007.7079

Sumber: Refinitiv

Sentimen positif datang dari kabar menggembirakan terkait vaksin virus corona, pelonggaran lockdown dan pembukaan kembali ekonomi (reopening) serta rencana pemberian stimulus lanjutan oleh pemerintah AS dan Uni Eropa. Diputarnya kembali roda ekonomi memberikan optimisme investor untuk masuk ke aset pendapatan tetap hingga aset berisiko.

Bank Indonesia (BI) mencatat saat ini aliran modal asing masuk (inflow) ke Indonesia terus meningkat. Bahkan dalam tiga hari aliran modal asing masuk banjiri RI terutama ke Surat Berharga Negara (SBN). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, pada periode 18-20 Mei 2020 tercatat aliran masuk sebesar Rp 6,15 triliun ke SBN.

Perry mengatakan masuknya inflow ke dalam negeri dikarenakan kepanikan di pasar keuangan global karena pandemi Covid-19 sudah mulai mereda. Selain itu juga karena kebijakan yang dilakukan oleh BI, Pemerintah serta otoritas terkait dalam menangani pandemi tersebut.

Kendati demikian, optimisme tersebut terkikis oleh sentimen negatif yang juga muncul akibat tensi antara AS-China yang kian membara di tengah eskalasi ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang mengaburkan optimisme seputar normalisasi perekonomian.

Presiden AS Donald Trump dijadwalkan menggelar konferensi pers hari ini dengan agenda "China" dan pasar memperkirakan perseteruan kedua negara dengan perekonomian terbesar dunia tersebut akan makin meninggi.

Stagnasi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) yang justru mengalami penguatan. Indeks tersebut naik 0,12 poin (0,04%) menjadi 273,17 dari posisi kemarin 273,05.

Stagnasi di pasar surat utang hari ini tidak senada dengan penguatan rupiah di pasar valas. Pada hari Jumat ini (29/5/2020), Rupiah menguat 0,68% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 14.575/US$ di pasar spot.

 

Obligasi RI Terbaik Kedelapan

Stagnasi harga SUN tidak senada dengan penguatan di pasar surat utang pemerintah negara maju dan berkembang lainnya, kendati bervariatif. Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN tenor 10 tahun menjadi yang terbaik kedelapan, kendati sedikit koreksi.

Dari pasar surat utang negara maju dan berkembang terpantau menguat, yang kesemuanya hampir mencatatkan penurunan tingkat yield, kendati bervariatif. 

Surat utang negara yang paling menguat yaitu Afrika Selatan dan Thailand, yang masing-masing mengalami penurunan tingkat yield sebesar 5,00 basis poin (bps). Sementara yang paling melemah adalah surat utang negara India dengan kenaikan yield sebesar 2,60 bps.

Hal tersebut mencerminkan investor global masih cukup optimis terhadap aset pendapatan tetap (fixed income) karena kondisi ekonomi yang mulai berputar kembali di tengah penerapan new normal, namun tensi dagang AS-China memberikan keraguan investor untuk masuk lebih lanjut ke aset fixed income.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 28 Mei'20 (%)Yield 29 Mei'20 (%)Selisih (basis poin)
Brasil (BB-)7.047.03-1.00
China (A+)2.72.70.00
Jerman (AAA)-0.435-0.4320.30
Prancis (AA)-0.044-0.06-1.60
Inggris Raya (AA)0.1910.1930.20
India (BBB-)5.996.0162.60
Jepang (A)0.0020.010.80
Malaysia (A-)2.9632.954-0.90
Filipina (BBB)3.1593.1660.70
Rusia (BBB)5.585.56-2.00
Singapura (AAA)0.8370.825-1.20
Thailand (BBB+)1.211.16-5.00
Amerika Serikat (AAA)0.67370.6672-0.65
Afrika Selatan (BB+)8.998.94-5.00

Sumber: Refinitiv

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(har/har)