https://gilabola.com/wp-content/uploads/2020/05/Liga-Spanyol-Barcelona-3.jpg

Barcelona Tetap Kenangan Terburuk Pelatih Gerardo Martino

by

Gilabola.com – Barcelona jadi kenangan terburuk dalam perjalanan karir pelatih asal Argentina, Gerardo ‘Tata’ Martino.

Tata yang kini mengasuh Timnas Meksiko itu mengakui pada Kamis (29/5) ini, karirnya di Camp Nou pada tahun 2013 hingga 2014 menjadi momen terburuk dalam karir kepelatihannya.

“Dari segi hasil, sebenarnya tidak buruk-buruk amat. Karena kami berhasil memenangkan gelar (Piala Super) dan kami berhasil melaju ke final, tapi di Barca yang penting adalah berapa banyak gelar yang Anda menangkan. Namun saya katakan, saat itu menjadi tahun terburuk bagi saya, karena kontribusi saya sebagai pelatih dimulai dan diakhiri oleh manajemen tim,” tegas Tata Martino, seperti dilansir AS.

Menurutnya, Barca punya cara bermain yang sudah mendarah-daging dan mencoba untuk meningkatkannya dengan cepat bersama Lionel Messi, Pedro, Alexis Sánchez dan Neymar – ketika dua pemain terakhir masih berkarir di Camp Nou. “Bagi saya, laga El Clasico melawan Real Madrid menjadi kuncinya. Laga itu sempat kami menangkan di kandang sendiri dengan skor 2-1 di kandang,” tambahnya.

Namun, menurutnya, kontribusi yang dilakukannya untuk Barcelona tidak direspon dengan baik sejak pertandingan itu. Pasalnya, ada lebih banyak pembicaraan tentang cara bermain dibandingkan kemenangan yang berhasil dibukukan Messi dan kawan-kawan.

“Kecepatan bermain akan membuat Barca lebih lengkap, karena ketika tim lawan mendominasi, mereka bisa kembali dan bermain lebih baik. Hal itu kemudian dilakukan di tahun berikutnya bersama Luis Enrique,” tandas Tata Martino.

Jika di Camp Nou nasibnya terpuruk dan dipecat, sebaliknya Tata Martino mengaku momen terbaiknya sebagai pelatih adalah ketika dia mengasuh Timnas Paraguay, yang berhasil dibawanya ke perempat-final Piala Dunia Afrika Selatan pada 2010 silam.

“Yang membuat saya punya kesempatan untuk melatih Paraguay adalah, tugas saya selama lima tahun di sepak bola lokal, terutama semi-final Copa Libertadores, yang kami capai bersama Libertad di tahun 2006. Saya antusias dengan kualitas pemain bola yang bisa saya miliki,” ujarnya.

Mantan pelatih Barcelona yang pernah membawa Atlanta United menjadi juara MLS 2018 itu juga mengakui, karena karakteristiknya sebagai pemain bola, maka ia tidak akan dimasukkan dalam lineup hari ini.

“Sulit bagi pemain seperti saya untuk mendapat tempat di tim yang saya kelola. Saya pemain yang menonjol karena kualitas teknis saya. Berdasarkan kelambatan saya, saya mengembangkan fakta untuk bermain cepat dengan satu dan dua sentuhan. Dengan demikian, saya bisa menyembunyikan kelambatan fisik saya,” ujar pelatih yang kini berusia 57 tahun itu.