Awas! Perang AS-China Bepotensi Tinggi di Laut China Selatan
by Rehia Sebayang, CNBC IndonesiaJakarta, CNBC Indonesia - Laut China Selatan berpotensi paling tinggi menjadi wilayah konfrontasi AS dan China. Sebagaimana ditulis Bloomberg, berbeda dari wilayah lainnya, militer kedua negara semakin meningkatkan frekuensi di kawasan ini.
Dalam empat bulan terakhir di 2020, Angkatan Laut AS (USS NAvy) setidaknya empat kali beroperasi di perairan itu. Terutama di area di mana sengketa terjadi antara China dengan sejumlah negara seperti Filipina, Vietnam dan Malaysia.
Citra satelit juga menangkap gambar pesawat milik Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLANAF) China mendarat di salah satu pulau buatannya di Laut China Selatan. China pun dikabarkan membuat pangkalan militer di kawasan ini.
Pernyataan Presiden China Xi Jinping di Kongres Rakyat Nasional di Beijing yang meminta militer mempersiapkan diri pada peperangan awal pekan juga jadi sinyal lain. Ia meminta militer bersiap pada konfrontasi.
"Meski konflik bersenjata antara AS-China sangat kecil secara perhitungan, kami melihat aset militer mereka beroperasi secara teratur dan tinggi di wilayah maritim yang sama," kata Collin Koh Swee, peneliti dari Singapura, dikutip Jumat (29/5/2020).
"Interaksi dari aset-aset kedua pihak yang bersaing ini bisa menciptakan peluang ... sengaja atau tidak sengaja yang berpotensi membakar dan meningkatkan eskalasi."
"Ini adalah risiko yang tak bisa didiskon."
Sebelumnya, Kamis (28/5/2020) PLA dan US Navy terlibat ketegangan di Laut China Selatan. China, dikutip dari Global Times, mengusir kapal AS yang memasuki Kepulauan Paracel.
"Tentara PLA mengorganisir pasukan angkatan laut dan udara untuk mengikuti kapal perusak yang dilengkapi rudal AS, USS Mustin, yang secara ilegal masuk ke perairan teritorial China di lepas Kepulauan Xisha pada hari Kamis tanpa izin dari pemerintah China," kata Kolonel Senior Li Huamin, seorang juru bicara dikutip Global Times.
"Pasukan Southern Theatre Command PLA mengikuti dan memantau jalurnya, mengidentifikasi kapal, memperingatkan dan mengusirnya."
Lebih lanjut, Li mengatakan bahwa tindakan AS yang provokatif tersebut jmelanggar kedaulatan dan kepentingan keamanan China serta hukum dan norma internasional terkait. Hal itu juga secara serius mengganggu perdamaian dan stabilitas di wilayah Laut China Selatan.
Pihak AS telah memberi klarifikasi soal operasi USS Mustin di kawasan yang disangketakan tersebut. Letnan Anthony Junco, juru bicara Armada ke-7 Angkatan Laut AS mengatakan tujuan operasi kapal AS di Laut China Selatan adalah untuk menegakkan hak navigasi dan kebebasan di kawasan.
"Pada 28 Mei (waktu setempat), USS Mustin menegaskan hak navigasi dan kebebasan di Kepulauan Paracels, konsisten dengan hukum internasional," tulisnya dalam sebuah pernyataan, menurut CNN International.
"Dengan melakukan operasi ini, Amerika Serikat mendemonstrasikan bahwa perairan ini berada di luar wilayah yang China dapat klaim secara hukum sebagai laut teritorialnya."
Paracel adalah pulau yang disengketakan China, Vietnam dan Taiwan. Terdapat tumpang tindih antara China dengan sejumlah negara ASEAN terhadap wilayah Laut China Selatan, termasuk dengan Malaysia dan Jepang.
(sef/sef)