https://awsimages.detik.net.id/visual/2018/09/26/873afae3-ff0b-4455-9ec9-934bc14624ad_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: Reuters/Bahrain Mirror

Begini Kisah Ekonomi Asia Usai Pandemi Covid-19 Versi Fitch

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga riset global Fitch Solution dalam riset terbarunya membahas gambaran perekonomian Asia pasca pandemi Covid-19. Dalam kajiannya tersebut Fitch melihat ada tantangan sekaligus peluang yang dihadapi oleh ekonomi Benua Kuning.

Virus corona jenis baru yang menyebabkan wabah pneumonia pertama kali dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei, China pada akhir Desember tahun lalu. Berbeda dengan wabah virus corona terdahulu (SARS & MERS) virus baru ini tidak terlalu mematikan jika dibandingkan dengan 'pendahulunya' tetapi sangat menular. 

Jumlah kasus yang terus bertambah membuat China kewalahan dan akhirnya memutuskan untuk menetapkan karantina wilayah (lockdown) di episentrum wabah. Hubei merupakan salah satu pusat perindustrian di China. Dengan penerapan lockdown jelas kinerja ekonomi China anjlok karena lockdown memicu terjadinya disrupsi pada rantai pasok dan pelemahan demand.


Ketika kasus di China mulai melandai, wabah terus merebak ke luar China hingga akhirnya Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan wabah akibat virus corona ini sebagai pandemi global. Mulai banyak negara yang mengikuti langkah China dengan menerapkan lockdown untuk menekan pertumbuhan jumlah kasus.

Alhasil ekonomi global pun terkoyak, tak terkecuali ekonomi Asia. Namun setelah pandemi berakhir dan ekonomi berada pada fase pemulihan, tantangan dan peluang hadir. 

Fitch dalam laporannya yang dirilis pada bulan ini menyorot ada enam poin yang bisa menggambarkan outlook ekonomi Asia pasca pandemi. Pertama, integrasi perdagangan barang akan tetap terbina di kawasan Asia.

Saat pandemi berlangsung negara-negara Asia cenderung mengambil sikap proteksionisme. Padahal hampir 60% perdagangan Asia terjadi di kawasan itu sendiri. Mengingat ekspor kawasan Asia mencapai lebih dari seperempat dari output perekonomian, maka penurunan ekspor adalah hal yang tidak terelakkan. Namun Fitch optimis ini hanya akan terjadi dalam periode yang singkat.

https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2020/05/29/c99dd6af-2a3f-4bb5-bae8-e55c3766723f.png?w=819

Kebutuhan untuk mendapatkan barang-barang yang esensial seperti bahan makanan dan peralatan medis memungkinkan negara-negara di kawasan Asia untuk menjalin kerja sama antar sesama Asia maupun di luar Asia. 

Kedua, negara-negara yang memiliki basis industri manufaktur dengan iklim bisnis yang kondusif akan diuntungkan pasca pandemi. Maklum dengan adanya lockdown yang diterapkan di China rantai pasok menjadi terdisrupsi. Apalagi produk-produk China masih dikenakan bea masuk oleh AS. Sehingga negara dengan basis manufaktur yang baik dan iklim yang mendukung diperkirakan akan menggaet investor asing untuk menanamkan modalnya di negara tersebut.

https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2020/05/29/d868d082-12ef-4f92-bae2-7e49dab2f2d7.png?w=863

Ketiga, Fitch menyoroti bahwa negara-negara yang masih memiliki kompleksitas ekonomi yang rendah dan bergantung pada satu sektor saja seperti pariwisata memiliki tantangan besar untuk mendiversifikasi perekonomian ke depan. Hal ini merupakan langkah yang sangat penting sehingga dapat mengurangi kerentanan ketika terjadi shock di masa mendatang.

https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2020/05/29/8883b44c-9860-440d-8618-bccc23e4c37f.png?w=846

1 dari 2 Halaman