https://cdn1.katadata.co.id/media/images/thumb/2020/05/19/2020_05_19-17_42_04_58ba2b84c4f09e4e54c4c2642cdd5f50_960x640_thumb.jpg
Konsumsi BBM yang rendah menjadi salah satu alasan mengapa pemerintah dan Pertamina belum menyesuaikan harga BBM meski harga minyak mentah dunia anjlok.ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/hp.

Ini Alasan Pertamina Tak Turunkan Harga BBM Meski Minyak Dunia Anjlok

Pertamina menilai penurunan harga BBM tidak berdampak besar karena konsumsinya saat ini sudah sangat rendah imbas berbagai kebijakan pembatasan corona.

by

Pemerintah hingga kini belum juga menyesuaikan harga bahan bakar minyak atau BBM di dalam negeri, meskipun harga minyak mentah dunia anjlok. Berbagai pihak pun telah mendesak agar pemerintah segera menurunkan harga BBM.

Pertamina beralasan, hal tersebut lantaran harga minyak dunia saat ini masih berfluktuasi. Namun, BUMN energi ini menegaskan pihaknya terus menjaga stabilitas harga BBM penugasan maupun non-penugasan.

Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menjelaskan, walapun harga minyak mentah dunia sempat mengalami penurunan tajam pada periode Maret hingga April 2020. Namun per Mei 2020, harga minyak telah menunjukkan tren peningkatan.

"Saat ini harga minyak mentah terus menguat dikisaran US$ 34 per barel. Meskipun pada Maret-April 2020, minyak dunia sempat turun drastis, namun rata-rata ICP selama Januari hingga April sebesar US$ 44,22 per barel," ujar Fajriyah kepada Katadata.co.id, Jumat (29/5).

(Baca: YLKI Berharap Pemerintah Turunkan Harga BBM untuk Sektor Transportasi)

Lebih lanjut, menurut dia fluktuasi ini terus dicermati oleh pemerintah maupun Pertamina sejak awal, berdasarkan fakta dimulainya kembali aktivitas ekonomi berbagai negara dari pandemi corona. Seperti di Eropa dan Amerika Utara yang diprediksi akan meningkatkan permintaana BBM dan harga minyak dunia.

Adapun, Fajriyah menyebut negara negara penghasil minyak yang tergabung pada OPEC juga sepakat untuk memangkas produksi minyak hingga 10 juta barel per hari. Sehingga, hal ini akan mengurangi secara signifikan suplai minyak mentah ke pasar.

Selain itu, Pertamina juga menjalankan fungsi untuk menjamin ketersediaan energi dan menyalurkan BBM serta LPG ke seluruh Indonesia. Maka demikian, pihaknya tetap harus menjalankan seluruh kegiatan operasional dari hulu, pengolahan sampai hilir.

Di samping itu, untuk sektor hulu, dari total minyak mentah yang diolah Pertamina, sekitar 70% merupakan serapan dari minyak mentah domestik yang biaya produksi serta harganya juga bervariasi. Sisanya dari impor yang proses pembeliannya sudah dilakukan sejak dua hingga tiga bulan sebelumnya.

(Baca: Pasokan di AS Meningkat, Harga Minyak Turun Lagi ke Level US$ 33)

Lebih lanjut, untuk menjaga perputaran roda perekonomian nasional, Pertamina akan tetap mempriortaskan kegiatan hulu migas dalam negeri dibandingkan impor minyak mentah lalu menyetop penyerapan minyak mentah domestik dan operasional kilang. Pasalnya hal tersebut justru akan menelan biaya yang lebih mahal.

"Ke depan dampaknya dapat berakibat pada penurunan penyerapan di industri migas yang tentunya akan sangat merugikan perkonomian makro di Indonesia," kata dia.

Dengan rendahnya permintaan BBM yang turun hingga 30%, bahkan hingga 50-60% di kota besar yang menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), maka terjadi kelebihan stok. Sehingga biaya penyimpanan pun membengkak.

"Berarti juga BBM yang seharusnya sudah habis dikonsumsi sejak beberapa bulan lalu, masih tersedia padahal harga produksinya masih menggunakan harga yang lama sebelum turunnya harga minyak dunia," ujarnya.

(Baca: Alasan Harga BBM Tak Turun, dari Cegah Pertamina Rugi sampai PHK)

Sesuai dengan yang disampaikan pemerintah, penurunan harga BBM saat ini tidak akan berdampak besar dan memicu penurunan harga barang lainnya. Pasalnya, konsumsi BBM saat ini berada pada titik rendah.

Justru dia menilai jika harga BBM diturunkan dan kembali dinaikkan disaat harga minyak dunia rebound atau berbalik naik, maka akan memicu inflasi. Sehingga, pihaknya pun lebih memilih menjaga stabilitas agar ekonomi bisa stabil.

Fajriyah pun mengungkapkan saat ini komposisi penjualan BBM subsidi dan penugasan adalah sekitar 50-60% dari total penjualan BBM Pertamina. Sedangkan Pertamax Series dan Dex Series hanya sekitar 8%, sisanya merupakan Pertalite.

"Pertamina akan mengikuti arahan pemerintah terkait harga BBM di dalam negeri, terutama BBM penugasan," kata dia.

(Baca: Dituding Monopoli Harga BBM, Pertamina & Shell Beri Penjelasan ke KPPU)

Video Pilihan