https://statik.tempo.co/data/2019/10/31/id_885345/885345_720.jpg
Ilustrasi proses peretasan di era teknologi digital. (Shutterstock)

Beredar Kabar WA Panitia Diskusi 'Pemberhentian Presiden' Diretas

by

TEMPO.CO, Jakarta - Dekan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Sigit Riyanto mengaku mendengar kabar mahasiswanya yang menjadi panitia diskusi "Meluruskan Persoalan Pemberhentian Presiden Ditinjau dari Sistem Ketatanegaraan" mengalami teror dan peretasan pada nomor ponsel mereka. "Iya saya mendengar (informasi itu)," kata Sigit kepada Tempo, Jumat, 29 Mei 2020.

Menurut Sigit, ia mendapat laporan bahwa panitia yang nomornya diretas sempat dihubungi oleh orang yang mengaku sebagai aparat keamanan.

Sigit juga menerima kabar bahwa rumah Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Islam Indonesia (UII) Ni'matul Huda sempat didatangi orang tak dikenal pada Kamis, 29 Mei 2020 pukul 23.00 WIB.

"Ada yang mengabarkan begitu, tetapi saya juga nggak bisa konfirmasi dan komen apa-apa," kata Sigit.

Kabar peretasan dan teror terhadap panitia penyelenggara diskusi itu beredar melalui WhatsApp. Menurut informasi yang beredar, pihak yang mengambil alih akun WhatsApp panitia tersebut menyebarkan informasi bahwa diskusi batal digelar.

"PEMBERITAHUAN. Berhubung respon dari masyarakat negatif terkait acara diskusi "Meneruskan Persoalan Pemberhentian Presiden Ditinjau Dari Sistem Ketatanegaraan" maka acara tersebut DIBATALKAN," demikian pesan yang disebar mengatasnamakan salah satu narahubung diskusi. Peretas juga mendepak anggota-anggota yang ada di grup bernama DILAWAN CLS 1.

Belakangan, Panitia memang akhirnya resmi membatalkan diskusi tersebut. Sigit mengatakan pembatalan ini karena alasan keamanan.

Sigit meminta para mahasiswanya santai saja menghadapi hal tersebut. Sigit menilai tak ada yang salah dan perlu dikhawatirkan selama diskusi itu tak melanggar hukum, ketertiban umum, dan etika kesusilaan. Ia juga bercerita pernah mengalami peretasan serupa ketika mengkritik revisi UU KPK bersama para akademisi lainnya.

Hanya saja, Sigit berharap semua pihak lebih bijak ke depannya. Dia mengatakan polemik terkait diskusi ini bermula ketika ada pihak yang menganggap adanya nuansa makar di balik diskusi, tetapi tanpa konfirmasi terlebih dulu.

Tempo berusaha menghubungi kontak narahubung yang tertera dalam poster diskusi. Pesan WhatsApp terkirim, tetapi tak direspons. Akan tetapi nomor keduanya tak bisa dihubungi lewat telepon. Adapun Ni'matul Huda tak bisa dihubungi baik lewat Whatsapp maupun telepon.