https://awsimages.detik.net.id/visual/2020/03/26/b383fa59-e048-4b8c-a079-8e8b99bfcf0d_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Waspada Imbas Konflik AS-China, IHSG Sesi II Rawan Koreksi

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari Jumat (29/5/2020) membukukan kenaikan 5,94 poin atau 0,13% menjadi 4.722,12 terdorong oleh investor asing yang kembali masuk pasar saham, sebelumnya asing beli bersih (net buy) sebesar Rp 436,77 miliar di pasar reguler dan negosiasi.

Arus masuk dana asing (capital inflow) mulai mengalir ke pasar modal domestik. Investor asing tampaknya mulai optimistis ekonomi Indonesia akan kembali beraktivitas setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi MRT dan Mal Summarecon di Bekasi yang memberi sinyal new normal ekonomi nasional.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada sesi I nilai transaksi mencapai Rp 5,04 triliun, dengan investor asing beli bersih (net buy) sebesar Rp 395,72 miliar di semua pasar. Sementara volume transaksi tercatat 4,26 miliar unit saham dengan frekuensi sebanyak 390.885 kali transaksi.

Saham-saham yang mengalami kenaikan di antaranya saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) (7,47%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) (4,76%), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) (4,40%), sedangkan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) (4,06%) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) (2,70%).

 

Apresiasi IHSG hari ini terdorong setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru saja mengeluarkan stimulus lanjutan dengan merelaksasi ketentuan di sektor perbankan guna lebih memberikan ruang likuiditas dan permodalan perbankan. Dengan relaksasi lanjutan ini OJK berharap stabilitas sektor keuangan tetap terjaga di tengah pelemahan ekonomi sebagai dampak pandemi Covid-19.

Sementara kabar menggembirakan terkait vaksin virus corona, pelonggaran lockdown dan pembukaan kembali ekonomi (reopening) serta rencana pemberian stimulus lanjutan oleh pemerintah AS dan Uni Eropa turut menopang penguatan IHSG.

Kendati menguat pada perdagangan sesi I, namun tensi antara AS-China yang kian membara menjadi faktor yang perlu dicermati pelaku pasar yang juga membatasi keuntungan IHSG. Kala dua raksasa ekonomi dunia saling bersitegang, maka dampaknya akan dirasakan oleh banyak negara di dunia ini. Prospek ekonomi global menjadi semakin suram dan pasar keuangan kembali bisa terguncang.

Hal ini seiring dengan bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global pada penutupan perdagangan Kamis kemarin (Jumat pagi waktu Indonesia) berakhir di zona merah.

 

Pada perdagangan sesi II IHSG berpotensi terkoreksi, dengan indikator RSI yang sudah overbought.

Simak analisis teknikal di bawah ini.

 

https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2020/05/29/f47d8593-7c87-47da-a9ff-78c722ebe889.jpeg?w=1115
Foto: Revinitif

 

Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (Hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support), saat ini garis BB mulai menunjukkan penyempitan artinya kecenderungan untuk koreksi mencoba menyentuh level pivot yang sekaligus menjadi level support terdekat.

Level support berada di area 4.700 dan berlanjut hingga area 4.680. Sementara untuk melanjutkan tren bearish perlu melewati resistance yang berada di area 4.750 hingga area 4.775.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum dengan garis MA yang berada di wilayah positif, namun mencoba garis MA mencoba untuk saling berpotongan di atas, maka berpotensi untuk menurun.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. RSI menunjukkan overbought, artinya pergerakan selanjutnya cenderung untuk konsolidasi atau koreksi.

Secara keseluruhan, dari fundamental merespon tensi antara AS-China yang kian membara dikombinasikan teknikal dengan indikator RSI yang sudah overbought atau jenuh beli, maka pergerakan IHSG kemungkinan untuk koreksi.

Perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(har/har)