https://statik.tempo.co/data/2020/05/29/id_941526/941526_720.jpg
Pesawat listrik. Foto: Magnix

Uji Pesawat Listrik, eCaravan Terbang di Langit Washington

by

TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat listrik eCaravan telah melakukan penerbangan perdananya pada Kamis, 28 Mei 2020. Pesawat terbesar di dunia yang bertenaga murni dari baterai itu melayang selama 28 menit di atas Washington, Amerika Serikat.

Seorang pilot uji coba membuat pesawat lepas landas pukul 16.02 BST dan mendarat kembali 16.30 BST. Pesawat dengan sembilan tempat duduk itu terbang di atas Danau Musa diikuti pesawat kecil konvensional.

Pabrikan magniX mengembangkan eCaravan menggunakan badan pesawat Cessna Grand Caravan, salah satu pesawat jarak menengah paling banyak digunakan di dunia. Kepadanya lalu ditanamkan mesin bertenaga listrik. MagniX berharap dapat memiliki versi pesawat yang tersedia secara komersial paling lambat untuk dijual tahun depan, dengan daya jelajah 100 mil.

Roei Ganzarski, CEO MagniX, mengatakan bahwa mesin listrik pesawat sangat penting untuk mengurangi dampak emisi karbon. "Pesawat listrik akan lebih murah untuk beroperasi karena berkurangnya kebutuhan bahan bakar fosil, antara 40-70 persen lebih murah per jam penerbangan," ujar dia, seperti dikutip laman Daily Mail, Kamis 28 Mei 2020.

Untuk uji terbang, eCaravan lepas landas dan naik ke ketinggian 2.500 kaki, turun menjadi 1.000 kaki, kemudian menghabiskan 25 menit menjelajahi ruang udara di atas fasilitas bandara besar. Sejumlah pengamat memberi kesaksian kalau tak ada deru atau bising saat pesawat itu terbang. Pesawat eCaravan bahkan disebut lebih senyap dibandingkan pesawat pendampingnya yang lebih kecil.

Fasilitas Danau Musa, tempat pesawat itu diuji, sangat luas dan pernah digunakan sebagai tempat pendaratan alternatif untuk pesawat ulang-alik. Penerbangan perdana eCaravan itu juga disiarkan secara langsung di akun Facebook.

Saat berada di udara, pilot eCaravan melakukan sejumlah manuver untuk menguji pergerakan dan keselamatan pesawat, dan merekamnya untuk penilaian. Menurut Ganzarski, semua penerbangan di bawah 1.000 mil nantinya, dalam 15 tahun ke depan, bisa dilakukan oleh pesawat listrik.

"Tapi teknologi baterai perlu ditingkatkan terlebih dahulu," katanya sambil menambahkan, "Saat ini lebih cocok untuk penerbangan ultra-pendek sekitar 100 mil, ketika mesin listrik ditambahkan ke pesawat yang ada."

Teknologi baterai saat ini, kata Ganzarski, dapat mendukung jangkauan terbang hingga 500 mil pada pesawat khusus yang dirancang dengan motor listrik. "Sekarang setelah pesawat komersial pertama terbang sepenuhnya pakai listrik, perusahaan baterai mulai bekerja lebih giat pada solusi baterai siap-dirgantara," tutur Ganzarski.

Mereka telah memasang kembali mesin pada pesawat ringan Grand Caravan Cessna 208B sebagai cara menunjukkan bahwa dimungkinkan untuk mengubah pesawat komersial yang ada menjadi model listrik. MagniX mengaku telah bekerja keras untuk memperbesar pesawat dan mengubahnya dari pemborosan BBM, menciptakan emisi, menjadi pesawat terbang bersih dan serba listrik, dengan biaya operasional yang rendah.

Penerbangan eCaravan mengikuti jejak bersejarah pesawat listrik--eBeaver dengan Harbor Air. Bedanya, pesawat amfibi eBeaver berukuran lebih kecil. Motor listrik magni500 yang ditambahkan ke eCaravan diklaim juga dapat digunakan pada pesawat seperti King Air, Otter, atau pesawat amfibi DH-Beaver.

DAILY MAIL | THE GUARDIAN