8 Tahun Merugi, KRAS Untung Usai Restrukturisasi Utang Jumbo
by Monica Wareza, CNBC IndonesiaJakarta, CNBC Indonesia - Produsen baja pelat merah, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) akhirnya berhasil meninggalkan catatan merah di laporan membukukan laba senilai US$ 74,14 juta (Rp 1,08 triliun, asumsi kurs Rp 14.700/US$) pada kuartal I-2020. Perseroan bisa mencetak laba karena berhasil melakukan restrukturisasi utang.
Perbaikan kinerja ini terjadi setelah perusahaan mengalami kerugian selama delapan tahun berturut-turut. Dimana pada Maret 2019 saja, perusahaan ini masih mencatatkan kerugian senilai US$ 62,32 juta.
Nilai laba per saham juga mengalami perbaikan menjadi US$ 0,0038 dari sebelumnya merugi US$ 0,0032.
Kinerja yang baik ini dicatatkan kendati perusahaan mengalami penurunan pendapatan secara year on year (YoY) sebesar 25,72% menjadi US$ 311,18 juta (Rp 4,57 triliun). Dari laba bersih di akhir periode yng sama tahun sebelumnya senilai US$ 418,98 juta.
Pada tiga bulan pertama tahun ini perusahaan berhasil menurunkan beban pokok pendapatan menjadi US$ 257,08 juta dari sebelumnya mencapai US$ 407,23 juta.
Kemudian beban umum dan administrasi juga turun menjadi US$ 23,64 juta dari sebelumnya sebesar US$ 40m45 juga. Meski beban penjualan mengalami kenaikan ke posisi US$ 8,82 juta dari sebelumnya US$ 7,90 juta.
Beban operasi lainnya juga turun menjadi US$ 2,06 juta dari US$ 5,36 juta.
Perusahaan juga mencatatkan pendapatan dari operasi lainnya senilai Rp 33,99 juta, naik tajam dari sebelumnya hanya sebesar US$ 5,34 juta.
Namun demikian, perlu dicatat bahwa perusahaan mengalami kenaikan tipis pada biaya keuangan menjadi senilai US$ 30,26 juta dari sebelumnya US% 29,92 juta. Bagian rugi neto dari entitas asosiasi dan ventura bersama juga membengkak menjadi US$ 25,92 juta dari US$ 6,04 juta.
Dari segi liabilitas, perusahaan berhasil melakukan restrukturisasi pinjamannya yang akan jatuh tempo menjadi jangka panjang. Sehingga liabilitas jangka pendek turun menjadi US$ 806,58 juta di Maret lalu, turun tajam dari posisi Desember 2019 yang senilai US$ 2,49 miliar.
Sedangkan liabilitas jangka panjang naik menjadi US$ 1,92 miliar dari posisi akhir tahun lalu yang senilai US$ 437,29 juta. Sehingga total liabilitas perusahaan tercatat senilai US$ 2,73 miliar dari sebelumnya senilai Rp 2,93 miliar.
Sementara itu, ekuitas perusahaan justru mengalami penyusutan menjadi senilai US$ 199,29 dalam tiga bulan, dimana pada 31 Desember 2019 nilainya mencapai US$ 356,0 juta.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan perbaikan kinerja di tiga bulan pertama tahun ini berhasil dicatatkan karena efisiensi yang dilakukan perusahaan. Di awal tahun perusahaan telah meningkatkan produktivitas karyawan melalui program optimalisasi tenaga kerja.
Di Januari 2020, optimalisasi kerja meningkat 43% jika dibanding dengan pada saat tahun berjalan di 2019.
"Atas upaya-upaya efisiensi, Krakatau Steel telah berhasil melakukan penghematan biaya sebesar US$130 juta pada triwulan I 2020. Meskipun demikian, kondisi di triwulan II 2020 diperkirakan berbeda karena kondisi pasar baja yang melemah sampai sekitar 50% akibat dari kondisi ekonomi Indonesia yang sedang mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19. Melemahnya perekonomian nasional telah berdampak pada industri baja. Hal ini jika berlanjut terus menerus maka diperkirakan akan berdampak pada kinerja di tahun 2020," kata Silmy dalam keterangan resminya, Jumat (29/5/2020).
Silmy menyebutkan langkah antisipasi perlu dilakukan agar pandemi ini tak menyebabkan industri hilir dan industri pengguna akan menutup lini produksinya karena rendahnya utilisasi. Hal ini akan memperburuk industri karena sulit bangkit dan berdampak pada masuknya produk impor.
"Kita berharap kondisi perekonomian di triwulan III dan triwulan IV akan membaik, sehingga Krakatau Steel dapat kembali meraih keuntungan seperti halnya di triwulan I 2020 dan tahun ini Krakatau Steel dapat membukukan laba seperti yang direncanakan pasca selesainya restrukturisasi Krakatau Steel," tegasnya
(hps/hps)