https://statik.tempo.co/data/2020/03/11/id_922297/922297_720.jpg
Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia saat menjadi pembicara kunci dalam diskusi bertajuk "Digital Transformation For Indonesian Economy: Finding The New Business Models" di Hotel Kempinski, Jakarta pada Rabu, 11 Maret 2020. (Foto: Norman Senjaya)

Pekan Kedua Mei, BI Catat Modal Asing di SBN Rp 6,15 Triliun

by

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan pada pekan kedua Mei 2020 ada arus modal asing yang masuk ke Surat Berharga Negara sebesar Rp 6,15 triliun. Arus modal itu masuk pada periode 18-20 Mei 2020.

Masuknya arus modal asing ke SBN juga terjadi pada pekan pertama Mei 2020. Kala itu, duit asing yang masuk mencapai Rp 2,97 triliun. "Ini membuktikan bahwa dengan semakin mereda kepanikan global dan juga dengan langkah-langkah penanganan Covid-19 di Indonesia, inflow atau aliran masuk modal asing di SBN ada peningkatan," ujar dia dalam konferensi video, Kamis, 28 Mei 2020.

Perry mengatakan persoalan yang masih menjadi isu saat ini adalah di saham. Ia mengatakan hingga pekan kedua arus modal asing yang keluar dari pasar modal tercatat masih cukup tinggi. Pada pekan pertama Mei 2020 duit asing yang keluar adalah Rp 3,19 triliun dan pada pekan kedua Rp 2,72 triliun. Ia mengatakan masih terjadinya arus modal asing keluar itu berkaitan dengan pergerakan di pasar saham global.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sempat mengatakan stabilitas sistem keuangan Indonesia terancam karena kepanikan pelaku pasar keuangan. Hal itu, kata dia, terjadi sejak diumumkan pandemi virus corona Covid-19.

"Terjadi kepanikan sejak pengumuman pandemi," kata Sri Mulyani dalam rapat virtual dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat, Senin, 4 Mei 2020. Menurutnya, total aliran modal asing yang keluar atau outflow dari Indonesia sebesar hampir Rp 160 triliun. Hal itu terjadi hanya pada Maret hingga awal April.

Sri Mulyani mengatakan outflow sebesar itu menyebabkan tekanan luar biasa kepada seluruh surat berharga negara atau SBN dan saham. "SBN semuanya mengalami penurunan yang sangat tajam dan volatililitas sangat tinggi," ujarnya. Nilai tukar rupiah, menurutnya, juga mengalami gejolak yang sangat besar. "Ini menjadi suatu yang sangat mengancam stabilitas sistem keuangan kita."

CAESAR AKBAR | HENDARTYO HANGGI