Kapal Perang AS Dekati Pangkalan Militer China, Ada Apa?
by Rehia Sebayang, CNBC IndonesiaJakarta, CNBC Indonesia - Angkatan Laut Amerika Serikat (AS), ditulis CNN International, kembali menantang klaim China di Laut China Selatan. Pada Kamis (28/5/2020), kapal perusak yang dilengkapi rudal yakni USS Mustin, berlayar di dekat Kepulauan Paracel yang diklaim Tirai Bambu.
Operasi kapal itu dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara AS-China dalam berbagai hal. Termasuk soal otonomi Hong Kong hingga asal usul virus corona (COVID-19).
"Pada 28 Mei (waktu setempat), USS Mustin menegaskan hak navigasi dan kebebasan di Kepulauan Paracel, konsisten dengan hukum internasional," kata Letnan Anthony Junco, juru bicara Armada ke-7 Angkatan Laut AS, dalam sebuah pernyataan.
Paracel sendiri adalah pulau yang disengketakan China, Vietnam dan Taiwan. Berdasarkan keterangan Kementerian Luar Negeri Vietnam, April lalu, kapal nelayan Vietnam sempat ditenggelamkan kapal pengawas maritim China.
"Dengan melakukan operasi ini, Amerika Serikat mendemonstrasikan bahwa perairan ini berada di luar wilayah yang China dapat klaim secara hukum sebagai laut teritorialnya," tambahnya lagi.
Dari media yang sama, kapal ini dikabarkan berlayar melewati perairan yang berjarak sekitar 12 mil laut dari Pulau Woody dan Pyramid Rock di kepulauan. Pulau Woody merupakan tempat di mana China membangun lapangan terbang dan mendaratkan pesawat pembom strategisnya.
Pada Maret, kapal-kapal Angkatan Laut AS juga pernah melakukan operasi serupa di dekat Paracel. Ini juga terjadi pada April kemarin.
AS beralasan China menganggu kapal AS, Mustin. "Kapal China pada 14 April melakukan manuver tidak aman dan tidak profesional di dekat Mustin yang sedang melakukan operasi normal di perairan internasional pada saat kejadian," kata pejabat AS saat itu.
Hingga kini China belum memberi komentar. Selain bersitegang dengan AS dan sejumlah negara di Laut China Selatan, China juga tengah memanas dengan India di perbatasan Himalaya.
China juga dilaporkan Australia ke organisasi perdagangan dunia (WTO). Ini terjadi setelah China menyetop impor daging sapi Australia dan menaikkan tarif ke produk gandum hingga 80% karena inisiatif negeri Kanguru melacak sumber COVID-19.
(res)