https://awsimages.detik.net.id/visual/2019/06/25/35ade03f-f65a-4e89-89e0-f9e3e1b2370f_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: esia Bakrie Telecom (detikINET/Rou)

Setahun Suspensi, Bakrie Telecom Terancam Didepak Bursa

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) berpotensi terdepak (delisting) dari papan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) seiring dengan saham perseroan telekomunikasi Grup Bakrie ini yang telah disuspensi atau dihentikan sementara selama 12 bulan. Masa suspensi akan mencapai 24 bulan pada 27 Mei 2021.

"Bursa meminta kepada publik untuk memperhatikan dan mencermati segala bentuk informasi yang disampaikan oleh emiten terkait," tulis pengumuman BEI, dikutip Jumat (29/5/2020).

Saham BTEL terakhir diperdagangkan di level Rp 50/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 1,84 triliun. Mengacu laporan keuangan BTEL September 2019, disebutkan BTEL yang dulu terkenal sebagai operator Esia ini tercatat di BEI pertama kali pada 3 Februari 2006 melalui Penawaran Umum Perdana Saham (initial public offering/IPO) Seri B sebanyak 5.500.000.000 saham.

BEI menyatakan bahwa Bursa dapat menghapus saham perusahaan tercatat apabila si emiten mengalami kondisi, atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha emiten tersebut, baik secara finansial atau secara hukum, atau terhadap kelangsungan status emiten sebagai perusahaan terbuka, dan tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai.

BEI juga bisa menghapus saham emiten yang terkena suspensi di Pasar Reguler dan Pasar Tunai dan hanya diperdagangkan di Pasar Negosiasi sekurang-kurangnya selama 24 bulan terakhir.

Bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap emiten, dapat menghubungi Bapak Agustinus Harimurti dengan nomor telepon 021 - 9110 1112 selaku Sekretaris Perusahaan," tulis pengumuman BEI.

https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2020/05/29/d0b48c6c-2034-4595-97bf-f2ffce3c12c3.png?w=999
Foto: Bakrie Telecom Sept 2019

Mengacu laporan keuangan September 2019, pendapatan usaha neto BTEL hanya mencapai Rp 2,62 miliar, turun dari September 2018 yakni Rp 2,85 miliar, Pendapatan ini diperoleh dari pendapatan jasa telekomunikasi yang mencapai Rp 5,92 miliar dari sebelumnya Rp 6,51 miliar, tapi dengan beban pokok mencapai Rp 3,29 miliar dari sebelumnya Rp 3,67 miliar.

BTEL yang komisaris utamanya Anindya Novyan Bakrie ini masih menderita rugi bersih Rp 302,53 miliar, berkurang dari rugi September 2018 yakni sebesar Rp 823,11 miliar. Pada 30 September 2019 dan 31 Desember 2018, jumlah karyawan Kelompok Usaha BTEL masing-masing adalah 110 dan 6 karyawan.

Ruang lingkup kegiatan usaha BTEL meliputi penyelenggaraan jasa telekomunikasi nasional dengan daerah operasi saat ini di Jakarta. Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan kantor pusat berlokasi di Wisma Bakrie, Lantai 3, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B-1, Jakarta Selatan. Perusahaan memulai beroperasi secara komersial pada 1 November 1995.

"Untuk saat ini perusahaan memiliki izin jasa koneksi internet dan izin jasa telepon dasar melalui jaringan bergerak seluler," tulis manajemen BTEL dalam laporan keuangan.

Pada 26 September 2014, BTEL memperoleh persetujuan pengalihan izin penggunaan spektrum frekuensi radio pada pita frekuensi radio 800 MHz Bakrie Telecom kepada PT Smartfren Telecom Tbk, berdasarkan Surat Keputusan dari Menteri Komunikasi dan Informatika.

[Gambas:Video CNBC]

(tas/hps)