https://awsimages.detik.net.id/visual/2018/02/20/040da46e-76e4-4877-a009-8e8d7648507c_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: Reuters

Dicap Twitter Sesat, Trump Buat Aturan 'Kekang' Medsos di AS

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang menargetkan perusahaan media sosial.

Ini terjadi beberapa hari setelah Twitter menyebut dua tweet-nya mengenai pemalsuan pemilu negara bagian "berpotensi menyesatkan".

Trump mengatakan langkah itu adalah untuk mempertahankan kebebasan berbicara, dari apa yang ia sebut ancaman paling berbahaya dalam sejarah Amerika.

"Sejumlah kecil monopoli media sosial mengendalikan sebagian besar dari semua komunikasi publik dan pribadi di Amerika Serikat," katanya, dikutip dari CNN Internasional, Jumat (29/5/2020).

"Mereka memiliki kekuatan yang tidak diperiksa untuk menyensor, membatasi, mengedit, membentuk, menyembunyikan, mengubah, hampir semua bentuk komunikasi antara warga negara dan audiensi publik yang besar."

Perintah eksekutif meminta regulator untuk mengevaluasi platform online. Dalam upaya hukum jangka panjang, Trump berupaya agar penyedia platform menjadi pihak yang bertanggung jawab atas konten yang dibuat.

"Kita tidak bisa membiarkan ini terus terjadi," kata Turmp lagi ditulis AFP.

"Twitter (bisa) berhenti menjadi platform publik yang netral dan mereka menjadi editor dengan sudut pandang."

Namun para ahli hukum melihat sebaliknya. Mereka mengatakan langkah Trump tidak konstitusional sebab berisiko melanggar hak perusahaan swasta.

Selasa (26/5/2020), pihak Twitter menyebut cuitan Trump tidak berdasar bahkan sesat. Ini pertama kalinya dilakukan sosial media tersebut setelah desakan muncul sejak tahun lalu.

Twitter menargetkan dua cuitan Trump. Pertama soal pemungutan suara melalui surat suara akan menyebabkan manipulasi pemilih dan "Pemalsuan Pemilu".

Cuitan Trump itu mengarahkan ke dugaannya atas kecurangan yang terjadi di California. Ia mengatakan siapapun yang tinggal di negara bagian itu, akan dikirimi surat suara padahal sebenarnya mereka sudah dipastikan bisa pergi ke bilik suara di mana mereka terdaftar.

Di bawah cuitan Trump itu, Twitter memosting tautan yang bertuliskan "Dapatkan fakta tentang surat suara masuk". Termasuk membawa pengguna ke sebuah link berita media AS yakni CNN dan Washington Post soal klaim Trump yang tak berdasar.

"Trump secara keliru mengklaim bahwa surat suara secara langsung akan mengarah pada 'Pemalsuan Pemilu'," tulis Twitter dikutip dari AFP.

"Namun, pemeriksa fakta mengatakan tidak ada bukti bahwa surat suara yang masuk terkait dengan penipuan pemilih."

Cuitan Trump melanggar kebijakan Twitter soal informasi yang kredibel. Termasuk membatasi penyebaran informasi yang berbahaya.

[Gambas:Video CNBC]

(sef/sef)