Keputusan Pemda soal Pembukaan Mal Dinanti Pengusaha

by
https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2020/05/27/c0430012-e303-4c4f-bba8-9c4f5859938a_169.jpeg?w=700&q=80
Foto: Rifkianto Nugroho

Jakarta -

Pemerintah daerah (pemda) baik Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jabar) belum menetapkan tanggal resmi untuk pembukaan kembali pusat-pusat perbelanjaan atau mal. Khususnya di DKI Jakarta, kabar mal dibuka tanggal 5 dan 8 Mei 2020 ramai dibicarakan.

Namun, wacana itu kembali jadi pertanyaan besar ketika Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menegaskan tak ada keputusan soal tanggal beroperasinya kembali pusat perbelanjaan atau mal. Anies mengingatkan belum ada aturan mengenai berakhirnya masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Oleh sebab itu, Wakil Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, para pengusaha sepenuhnya menunggu keputusan pemerintah untuk pembukaan kembali mal-mal baik di Jakarta maupun sekitarnya.

"Pusat perbelanjaan tidak bisa menentukan kapan buka. Jadi bagaimana pun harus tetap mengikuti pemda. Dan kondisi daerah kan berbeda. Bahkan Jakarta, Bekasi, Jabodetabek itu berbeda. Padahal di dalam 1 area yang saling berkaitan," ungkap Alphonzus dalam Blak-blakan detikcom, Kamis (28/5/2020).

Menurutnya, dengan kondisi yang memprihatinkan selama 3 bulan ini, tentunya semua pihak yang terlibat dalam mal ini menanti-nantikan agar operasional kembali dibuka. Ia menegaskan, hal ini bukanlah sebuah bujukan dari para pengusaha ke pemerintah agar mal buka kembali.

"Saya pikir bukan karena lobby, tapi semua merasakan itu. Jadi semua ingin cepat beroperasional kembali," katanya.

Ia berpendapat, tak hanya pengusaha di mal, namun di seluruh sektor merasakan 'ganasnya' gempuran Corona.

"Saya pikir semuanya, terutama yang di Jakarta bisa merasakan betapa beratnya kondisi ini. Sejak Maret, sejak Bapak Presiden mengumumkan COVID-19 ada di Indonesia, traffic turun, langsung drop. Apalagi ada imbauan menjaga jarak dan diam di rumah, itu semakin drop lagi," tuturnya.

Alphonzus mengungkapkan, operasional mal ini punya peran besar terhadap lingkungan sekitar. Tentunya jika mal tutup, yang merasakan imbasnya tak hanya mal itu sendiri.

"Dengan pusat perbelanjaan ditutup yang kena masalah itu bukan pusat perbelanjaannya sendiri, ataupun toko-toko penyewanya. Tetapi lingkungan sekeliling pusat perbelanjaan itu terkena dampak. Dan itu semua orang-orang kecil. Yang punya kos-kosan, warung, ojek, parkiran, semua terkena karena nggak ada lagi karyawan yang biasa mereka layani, makan, kos. Nah selama 3 bulan ini kondisi ini benar-benar sangat berat," jelas Alphonzus.

Untuk itu, menurutnya saat ini baik pengelola maupun pelaku usaha di mal sedang menyiapkan skema baru untuk pembukaan kembali. Harapannya, dengan skema baru tersebut mal bisa beroperasional kembali dengan aman. Sehingga roda ekonomi dapat bergerak kembali.

"Dengan pusat perbelanjaan ini buka, harapannya akan menggerakkan sektor riil. Terutama di ritel. At least mulai bergerak," pungkas dia.

Simak Video "WHO Ingatkan Kelonggaran Menuju New Normal Harus Dilakukan Hati-hati"
[Gambas:Video 20detik]
(dna/dna)