https://awsimages.detik.net.id/visual/2020/04/19/80e2fbf8-d47a-40de-aab0-ed001273bd5c_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: Wuhan Instititure of Virology

Tak Tahan Dituduh AS, Ilmuwan Virus Corona China Buka Suara

by

Jakarta, CNBC Indonesia- Amerika Serikat menuduh penyebaran virus corona yang kini jadi pandemi global tak lepas dari tangan-tangan peneliti yang berada di laboratorim di Wuhan, China.

Disebut sebagai biang kerok, ilmuwan dan peneliti virus corona Shi Zeng Li pun tak tahan dan buka suara. Ilmuwan wanita yang dikenal sebagai "Bat Woman" ini mengungkap sederet temuan dan fakta terkait virus corona yang kini sedang jadi perhatian dunia.

Alih-alih sebagai penyebar pandemi, Shi Zeng Li menegaskan justru temuan dan penelitiannya sangat bermanfaat untuk mengatasi pandemi. Apalagi ia sendiri sudah meneliti soal virus bawaan kelelawar ini selama 15 tahun terakhir.


"Temuan saya membuat kita paham penyebab penyakit pneunomia yang belum diketahui dalam waktu lebih singkat begitu kasus pertama muncul di Wuhan akhir tahun lalu," ujar Zeng Li dalam wawancara di stasiun berita CGTN, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post, Kamis (29/5/2020).

Shi Zeng Li sendiri kini menjabat sebagai direktur pusat pengkajian penyakit menular di Akademi Sains China di Institut Virologi Wuhan.

Berkat ia dan peneliti di tempat itu, musabab penyakit misteri yang kini jadi pandemi itu pun diketahui. Ia mengaku penyebab penyebaran ini ditemukan dengan melakukan ujicoba transgenik tikus dan resus monyet di awal Februari dengan menyimulasikan gejala-gejala yang dialami pada manusia yang mengidap penyakit covid-19.

Ia menjelaskan alasan di balik kenapa China bisa begitu cepat mengumumkan ini penyakit corona dan diduga bawaan dari kelelawar karena tak lepas dari hasil penelitiannya selama 15 tahun terakhir.

Penelitiannya yang memakan waktu belasan tahun itu fokus mempelajari soal coronavirus yang dibawa oleh kelelawar, dan kemungkinannya penyakit itu bisa melompat ke spesies lain. Pengalaman ini membuat mereka bisa bergerak cepat mencari solusi teknikal begitu ada penyakit ditemukan.


"Contohnya ketika kami terapkan metode deteksi antibodi dan nucleic acid, dan penggunaan teknologi isolasi virus yang sebenarnya semua ini butuh waktu sangat banyak untuk dieksplorasi penuh, tapi begitu kami punya sampelnya ini bisa diidentifikasi patogennya," jelas dia.

Ia mengaku habiskan waktu bertahun-tahun pelajari coronavirus di laboratorium sejak wabah SARS merebak di China pada 2002-2003 yang juga diduga dari kelelawar. Sejak saat itu, ia dan tim-nya fokus meneliti virus-virus yang dibawa oleh binatang malam tersebut.

Tapi, karena lokasi laboratoriumnya yang berada di kota yang menjadi awal mula pandemi. Zheng Li menyadari ada konspirasi yang menyebut penyebaran virus corona kali ini sebuah konspirasi dan Zheng Li pun terseret.

Teori konspirasi ini pun semakin menjadi karena pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyebut bukti ditemukannya patogen dari Institut Wuhan (tanpa menunjukkan buktinya tentu saja). Zheng Li dan institusi resminya sudah berkali-kali membantah konspirasi ini.

[Gambas:Video CNBC]

(gus)