https://awsimages.detik.net.id/visual/2020/03/26/09e9d8c4-48c7-429f-80ee-8881d51887b5_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Banyak Sentimen Positif IHSG, tapi Awas Gejolak Hong Kong

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan akhir pekan ini (29/5/2020) berpotensi menguat di tengah berbagai kabar menggembirakan terkait vaksin virus corona. Selain itu, pelonggaran lockdown dan pembukaan kembali ekonomi (reopening) serta rencana pemberian stimulus lanjutan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa menambah sentimen positif bagi pasar keuangan global.

Sebelumnya, pada perdagangan Kamis kemarin (28/5/2020) IHSG terapresiasi sebesar 74,63 poin atau 1,61% ke level 4.716,18 di tengah harapan kembali pulihnya ekonomi dalam fase menuju new normal dan rencana tambahan stimulus ekonomi Uni Eropa, sehingga investor asing mulai masuk ke pasar saham domestik.

Berdasarkan catatan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi pada perdagangan Kamis kemarin mencapai Rp 12,03 triliun, investor asing beli bersih (net buy) sebesar Rp 436,77 miliar di pasar reguler dan negosiasi. Ada sebanyak 195 saham yang membukukan kenaikan, sementara sebanyak 196 saham turun dan 162 stagnan.

Saham-saham yang mencatat kenaikan di antaranya saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPS) (7,14%), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) (6,65%), PT PP Tbk (PTPP) (5,88%), sedangkan PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) (4,76%) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) (4,38%).

Penguatan IHSG juga terdorong oleh sektor finansial setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru saja mengeluarkan stimulus lanjutan dengan merelaksasi ketentuan di sektor perbankan guna lebih memberikan ruang likuiditas dan permodalan perbankan. Dengan relaksasi lanjutan ini OJK berharap stabilitas sektor keuangan tetap terjaga di tengah pelemahan ekonomi sebagai dampak pandemi Covid-19.

Sementara dari bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global pada penutupan perdagangan Kamis kemarin (Jumat pagi waktu Indonesia) ditutup di zona merah setelah reli di hari sebelumnya.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 147,63 poin atau 0,6% menjadi 25.400,64, Nasdaq turun 43,37 poin atau 0,5% menjadi 9.368,99 dan S&P 500 turun 6,40 poin atau 0,2% menjadi 3.029,73.

Penurunan Wall Street dipicu oleh rencana Presiden Donald Trump untuk mengadakan konferensi pers terkait China pada hari Jumat ini waktu setempat yang bisa menambah tensi perang dingin antara AS-China. Pengumuman Trump muncul setelah Kongres Rakyat Nasional China menyetujui Undang-Undang (UU) keamanan nasional untuk Hong Kong.

Saham Facebook dan Netflix masing-masing turun lebih dari 1% sementara Amazon dan Alphabet membukukan kerugian kecil. Saham sektor perbankan seperti Citigroup turun 5,9% sementara Bank of America turun 4,3%. Wells Fargo turun 2,6% dan JPMorgan Chase tergelincir 1,5%.

Pada catatan pukul 07:40 WIB Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) kontrak berjangka (futures) kembali turun 0,44% pada 25.346, S&P 50 koreksi 0,37%  menjadi 3.026, sedangkan Nasdaq Composite 100 ambles 0,32% pada 9.430.

Pada perdagangan pagi ini Jumat (29/5/2020) penurunan bursa saham Wall Street kemungkinan menjadi penghambat IHSG untuk kembali bergerak ke zona hijau.

 

https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2020/05/29/deee2d05-ce96-48d5-8934-775afbfb2ae4.jpeg?w=1115
Foto: Revinitif

 

Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (Hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support), saat ini garis BB mulai menunjukkan penyempitan artinya kecenderungan untuk naik lebih lanjut sedikit terbatas bahkan cenderung koreksi.

Untuk melanjutkan penguatan perlu melewati level resistance berikutnya yang berada di area 4.760 dan berlanjut hingga area 4.805. Sementara untuk merubah bias menjadi bearish perlu melewati support yang berada di area 4.695 hingga area 4.660.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum dengan garis MA yang berada di wilayah positif, masih berpotensi untuk menguat.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. RSI menunjukkan overbought, namun garis RSI yang bergerak ke atas artinya masih cenderung untuk naik.

Secara keseluruhan, dari fundamental merespon pelonggaran lockdown dan pembukaan kembali ekonomi (reopening) serta rencana pemberian stimulus lanjutan oleh pemerintah AS dan Uni Eropa dikombinasikan teknikal dengan indikator MACD yang masih berada di wilayah positif, maka pergerakan IHSG kemungkinan masih menguat kendati terbatas.

Perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(har/har)