https://awsimages.detik.net.id/visual/2020/02/22/1a8832e7-280c-4ddb-b6ee-ae41028a75c6_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: Pembangunan jalan tol Sigli-Banda Aceh (Sibanceh) di Aceh Besar (CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara)

Bisnis Jalan Tol Babak Belur, Kapan Segera Pulih?

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis jalan tol termasuk salah satu sektor yang terkena dampak pandemi Covid-19. Pergerakan orang dan kendaraan yang turun akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dari beberapa pemerintah daerah (pemda) membuat bisnis tol cukup terpukul.

Sekjen Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) Krist Ade Sudiyono mengatakan iklim investasi tol dalam situasi saat ini ikut jadi perhatian banyak pihak.

"Para pemangku kepentingan bersama asosiasi jalan tol senantiasa memitigasi iklim dengan situasi pandemi Covid-19," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (28/5/20).


Selama ini, menurutnya model pengadaan infrastruktur di Indonesia didominasi oleh penugasan kepada perusahaan BUMN. Belakangan, pemerintah mulai menggalang keterlibatan swasta.

"Pemerintah berharap partisipasi badan usaha privat. Itulah model bisnis yang saat ini ada KPBU, dalam kondisi ini diuji apa suitable untuk situasi Covid-19," katanya.

Menurut dia, meski saat ini sedang diuji, bisnis tol tetap punya masa depan. Menurutnya, goncangan yang terjadi tak akan bertahan lama, namun ke depan akan segera bangkit.

"Kalau saya sendiri melihat situasi seperti ini, industri jalan tol adalah business resilience. Memang ada goncangan, tapi jangka panjang tren potensi terus membaik. Kalau pandemi berakhir traffic akan bounce back. Dari kacamata itu industri ini menarik," katanya.

Ia menegaskan bahwa proses konstruksi tol-tol yang masih berlangsung harus tetap berlanjut. Sejauh ini, dia bilang juga belum ada keputusan pemerintah untuk menghentikan proyek.

"Tidak ada sebuah keputusan yang mengatakan konstruksi berhenti. Kita dengan Kementerian PUPR koordinasi bahwa konstruksi di lapangan berjalan dengan protokol ketat," katanya.

Keberlanjutan konstruksi ini menurutnya mengusung dua misi utama. Pertama yakni penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat. "Kedua misi besar infrastruktur harus ready pasca Covid-19 supaya bangsa ini bisa terus berlari," katanya.

Secara terpisah, Direktur Utama PT Waskita Toll Road Herwidiakto mengeluhkan betapa lesunya bisnis tol di masa pandemi Covid-19. Dia menyebut, penurunan traffic lalu lintas jalan tol terjadi di semua tol milik Waskita Toll Road.

"Kalau istilahnya mas Didi Kempot itu ambyar, di mana saat pandemi Covid-19 viral, ada anjuran di rumah saja, kemudian ada penyekatan-penyekatan untuk orang-orang yang mau ke luar kota," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (28/5/20).

Dikatakan, penurunan rata-rata di awal masa pandemi Covid-19 berkisar 60%. Ketika sejumlah daerah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diikuti dengan banyaknya penyekatan, penurunan traffic terjun lagi hingga 60%.

"Menuju Lebaran, karena banyak penyetopan terutama di ujung, Jakarta-Cikampek, akan berdampak di ruas kita seperti, Pejagan-Pemalang, Pemalang-Batang itu tren tambah menurun di saat lebaran, sampai ke 80%," keluhnya.

"Jadi memang sangat menyedihkan dari sisi bisnis jalan tol yang sangat mengharapkan dari sisi revenue traffic," lanjutnya.

[Gambas:Video CNBC]


1 dari 2 Halaman