https://awsimages.detik.net.id/visual/2018/04/30/750afb8d-1f2d-452c-9ce2-cee58bbf8a60_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan

Dapat "Restu" dari BI, Rupiah Siap Terbang Tinggi!

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis 0,03% ke Rp 14.675/US$ pada perdagangan Kamis (28/5/2020) setelah terpaku di level Rp 14.735/US$.

Akibat pelemahan tipis tersebut, secara teknikal belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan dari kemarin.

Rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih bertahan di bawah Fibonnaci Retracement 61,8% di kisaran Rp 14.730/US$.


Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Selama bertahan di bawah di bawah Fib. Retracement 61,8%, rupiah berpeluang menguat lebih jauh ke Rp 14.600-14.580/US$ pada hari ini.

https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2020/05/29/40ecfa48-9b27-4bb4-aeb6-b84ee4961fd1.jpeg?w=1116
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian

Sementara itu melihat indikator stochastic pada grafik harian masih berada di level jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama, risiko koreksi rupiah cukup besar jika kembali bergerak dan tertahan di atas Fib. Retracement 61,8%.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di atas bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.

Jika kembali ke atas Rp 14.730/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.830/US$.

Untuk jangka yang agak panjang, resisten (tahanan atas) yang kuat berada di kisaran Rp 15.090 -15.100/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 50%. Resisten tersebut 2 kali sukses menahan pelemahan rupiah.

Selama tertahan di bawah Fib. 50% tersebut, ke depannya peluang penguatan rupiah masih terbuka.

Secara fundamental, rupiah mendapat angina segar dari Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo.

Dalam paparan Perkembangan Ekonomi Terkini, Perry mengatakan nilai tukar rupiah saat ini masih undervalue, dan ke depannya akan kembali menguat ke nilai fundamentalnya, kembali ke level sebelum pandemi penyakit virus corona (Covid-19) terjadi di kisaran Rp 13.600-13.800/US$.

"Ke depan nilai tukar rupiah akan menguat ke fundamentalnya. Fundamental diukur dari inflasi yang rendah, current account deficit (CAD) yang lebih rendah, itu akan menopang penguatan rupiah. Aliran modal asing yang masuk ke SBN (Surat Berharga Negara) juga memperkuat nilai tukar rupiah" kata Perry, Kamis (28/5/2020).

"Kami yakni nilai tukar rupiah masih undervalue, dan berpeluang terus menguat ke arah fundamentalnya" tegas Perry.

Pernyataan Perry tersebut berbeda dengan sebelumnya yang mengatakan rupiah akan berada di kisaran Rp 15.000/US$ di akhir tahun. Rupiah kini disebut akan menguat ke nilai fundamentalnya, sehingga memberikan dampak psikologis ke pasar jika Mata Uang Garuda masih berpeluang menguat lebih jauh.

Meski demikian, eskalasi tensi hubungan AS-China bisa membuat investor global was-was pada hari ini, sehingga membebani pergerakan rupiah.

[Gambas:Video CNBC]

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)