https://statik.tempo.co/data/2020/05/08/id_936857/936857_720.jpg
Hydroxychloroquine. Obat malaria dan radang sendi ini di antara sejumlah obat yang diuji klinis kepada pasien Covid-19 di sejumlah negara. ANTARA/Shutterstock/am

Covid-19: Prancis, Italia, Belgia Stop Pakai Hydroxychloroquine

by

TEMPO.CO, Jakarta - Prancis, Italia dan Belgia telah menghentikan penggunaan hydroxychloroquine untuk mengobati pasien yang menderita Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona. Alasannya adalah kekhawatiran akan keamanan obat anti-malaria generik itu.

Prancis pada Rabu, 27 Mei 2020, membatalkan sebuah dekrit yang mengizinkan dokter rumah sakit untuk mengeluarkan obat itu. Sementara Badan Kedokteran Italia (AIFA) menangguhkan otorisasi penggunaan hydroxychloroquine untuk Covid-19 di luar uji klinis, demikian dikutip laman Reuters Rabu.

Sedangkan Badan Kedokteran Belgia memperingatkan agar tidak menggunakan obat itu lagi untuk mengobati virus, kecuali dalam uji klinis terdaftar yang sedang berlangsung. Dikatakan juga uji coba yang bertujuan untuk mengevaluasi obat juga harus mempertimbangkan risiko potensial.

Perubahan keputusan mendadak itu menyoroti tantangan bagi pemerintah ketika mereka berjuang untuk menemukan cara untuk merawat pasien dan mengendalikan virus yang menyebar cepat di seluruh dunia selama tiga bulan terakhir. Hingga akhirnya virus itu menewaskan lebih dari 350.000 dan menginfeksi jutaan.

Langkah tiga negara yang paling parah terkena infeksi virus corona itu mengikuti keputusan Organisasi Kesehatan Dunia pada Senin, 25 Mei, untuk menghentikan uji coba besar hydroxychloroquine karena masalah keamanan. Pembatalan Prancis, yang secara efektif melarang obat untuk Covid-19, dikonfirmasi oleh kementerian kesehatan, dan dikatakan tidak merujuk pada suspensi WHO.

Awalnya Prancis pada Maret mengizinkan penggunaan hydroxychloroquine dalam situasi khusus untuk perawatan Covid-19 di rumah sakit. Sementara, Amerika Serikat mengeluarkan otorisasi darurat untuk obat yang dipromosikan oleh presidennya Donald Trump, antara lain, sebagai kemungkinan penangkal virus.

Jurnal medis Inggris The Lancet melaporkan pasien yang mendapatkan hydroxychloroquine mengalami peningkatan angka kematian dan detak jantung yang tidak teratur. Hal itu menambah beberapa hasil yang mengecewakan untuk obat tersebut sebagai opsi Covid-19.

Otoritas kesehatan Italia menyimpulkan bahwa risiko, ditambah dengan sedikit bukti hydroxychloroquine bermanfaat terhadap Covid-19, pantas dilarang di luar uji klinis. "Bukti klinis baru tentang penggunaan hydroxychloroquine pada subjek dengan infeksi SARS-CoV-2 menunjukkan peningkatan risiko reaksi merugikan dengan sedikit atau tanpa manfaat," kata Badan Farmasi Italia.

WHO mengatakan panel keamanan akan bertindak pada pertengahan Juni untuk mengevaluasi penggunaan obat itu dalam uji coba multi-negara dari potensi perawatan Covid-19. Jerman sedang meneliti studi yang dilakukan The Lancet dan keputusan WHO, tapi belum membuat keputusan tentang pedoman baru tentang hydroxychloroquine.

REUTERS | NEW YORK POST