https://statik.tempo.co/data/2020/05/01/id_935127/935127_720.jpg
Seorang warga memberi makan kawanan monyet ekor panjang (Macaca facicularis) di objek wisata Hutan Alas Kedaton yang sedang ditutup akibat dampak wabah virus corona (COVID-19) di Desa Kukuh, Tabanan, Bali, Jumat, 1 Mei 2020. Pengelola menutup kawasan wisata untuk mencegah penularan virus corona. Johannes P. Christo)

Belum Setuju Buka Pariwisata, Ini Alasan Bupati Tabanan

by

TEMPO.CO, Tabanan - Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti belum setuju perihal wacana new normal, khususnya pada bidang pariwisata di Bali. Ia menilai wilayahnya belum siap untuk pola pariwisata baru pasca Covid-19.

“Saya belum melihat alasan pasti. Jika dibuka dan membahayakan untuk apa,” katanya saat menyerahkan bantuan sembako di Vihara Cattadharma, Selasa, 26 Mei 2020.

Bupati Eka menilai, belum ada jaminan jika wisatawan yang datang negatif Covid-19. Ia menyebutkan, banyak kasus positif Covid-19 yang sebelumnya negatif.

Bupati perempuan pertama di Tabanan itu khawatir, jika nantinya muncul klaster baru Covid-19 saat objek wisata Tanah Lot atau Ulun Danu dibuka. “Saya tidak mau mempertaruhkan masyarakat,” ujarnya.

Wacana new normal yang akan diterapkan di Bali salah satunya mengacu pada tingkat kesembuhan Covid-19 di Bali mencapai 71,5 persen.

Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 di Bali, Dewa Made Indra, dalam keterangan pers pada Senin petang (18/5) menyebutkan tingkat kesembuhan infeksi virus Corona di Bali terus meningkat.

Selain itu, Dewa Indra menyebutkan, pemerintah pusat menginginkan Bali daerah pertama yang menjalankan kehidupan normal. Namun, hal tersebut masih ditunda karena tingginya kasus transmisi Covid-19 lokal.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Putu Astawa mengatakan destinasi wisata di daerahnya akan dibuka secara bertahap seusai pandemi virus corona. Menurut dia, tempat tujuan turis yang lebih dulu dioperasikan, adalah yang tidak memiliki risiko tinggi.

"Karena kami takut ada pandemi gelombang kedua, jadi yang lebih dulu dibuka adalah yang tidak berisiko tinggi," ujar Astawa kepada TEMPO, Rabu, 27 Mei 2020.

Astawa mencontohkan, tempat-tempat dengan risiko penyebaran virus yang minim adalah lokasi yang mendukung diterapkannya prinsip jaga jarak fisik atau physical distancing. Setelah keadaan membaik, barulah destinasi lainnya dibuka untuk publik dengan protokol tertentu.

Meski begitu, Astawa belum dapat memastikan kapan destinasi pariwisata di Bali akan benar-benar dibuka. Saat ini, kata dia, tim pelaksana lapangan tengah menunggu kebijakan dari pemerintah pusat maupun Gubernur Provinsi Bali.

MADE ARGAWA, FRANCISCA CHRISTY ROSANA