Semasa Hidup, Pegulat Berdarah RI Hana Kimura Dibesarkan Ibu & Ayah Tiri
by Annisa Karnesyialink telah dicopy
Jakarta -
Hana Kimura, pegulat sekaligus bintang reality show 'Terrace House' ditemukan meninggal di apartemennya, pada 23 Mei 2020 lalu. Wanita 22 tahun itu diduga mengakhiri hidupnya sendiri.
Belakangan, diketahui jika Kimura menjadi korban cyberbullying. Sejak kemunculannya di 'Terrace House', banyak netizen meninggalkan komentar negatif untuknya.
Hana Kimura merupakan gadis kelahiran 3 September 1997. Sejak kecil, Hana dibesarkan ibunya yang juga pegulat profesional bernama Kyoko Kimura. Sang ibu menjadi single parent setelah berpisah dari ayah Hana yang berdarah Indonesia.
Pada 2016 lalu, Kyoko Kimura menikah lagi dengan pegulat dan mixed martial artist Isao Kobayashi. Sejak itu, Hana dibesarkan ibu dan ayah tiri.
Dalam diskusinya bersama penerbit Shueisha yang dikutip dari The Overtime, Hana menjadi pegulat karena rekomendasi ibunya. Menurut sang ibu, karier pegulat dapat membantunya membayar segala tagihan.
Hana pernah bertanding dua kali pada 2005 silam, dalam pertandingan komedi. Di pertandingan pertamanya, dia kalah melawan sang ibu.
Hana secara resmi bertanding pada Maret 2016, saat usianya 18 tahun. Kemunculannya begitu pas, ketika keadaan berubah untuk pegulat wanita yang tadinya tidak populer. Saat itu, Stardom (organisasi gulat wanita yang menaungi Kimura) juga mulai mengambil alih.
Sepanjang kariernya yang singkat, Hana memiliki kenangan di atas ring bersama sang ibu. Pada 2016 lalu, keduanya mencapai puncak kesuksesan bersama.
Ibu dan anak ini memenangkan Artist of Stardom Title dengan mitra Kagetsu, pada Oktober 2016. Dalam waktu setahun penuh, Hana berhasil mendapatkan tiga gelar.
Kyoko Kimura pensiun di awal 2017. Bagi Hana, karier sebagai pegulat diturunkan dari sang ibu dan akan dimulai sejak ibunya pensiun.
"Saya juga merasa bahwa kehidupan gulat profesional sejati saya akan dimulai setelah ibu pensiun," kata Hana, yang pernah menang di Stardom's 2019 Fighting Spirit Award, dikutip Rabu (27/5/2020).
Kepergian Hana meninggalkan duka bagi dunia olahraga gulat Internasional. Hana yang terlihat begitu kuat, ternyata tak berdaya melawan cyberbullying.
Dalam laman The Washington Post, disebutkan bahwa kepergiannya menimbulkan pertanyaan soal anak muda yang menjadi korban bullying. Fakta bahwa Hana adalah perempuan dan berdarah Indonesia membuatnya menjadi target yang pas.
Sebelum meninggal, Hana sempat mengunggah tulisan bahwa dirinya selalu mendapat komentar buruk. Ia merasa sakit harus menghadapi itu semua, Bunda.
"Setiap hari, saya mendapatkan hampir 100 opini jujur dan saya tak menampik bahwa itu semua membuat saya sakit," tulisnya di Twitter.
Sedangkan dalam unggahannya di Instagram, Hana memposting fotonya dengan kucing peliharaan dan menuliskan pesan terakhir, "Saya cinta kamu, tolong jalani hidup yang panjang dan bahagia. Maafkan saya," tulisnya.
Di kamar apartemennya juga ditemukan beberapa pesan. Salah satu isinya ditujukan untuk sang ibu.
"Terima kasih telah melahirkan saya," demikian isi pesan itu, dikutip dari Japan Times, Rabu (27/5/2020).
Terkait bunuh diri, jika Bunda menemukan gejalanya pada orang terdekat, segera hubungi lima rumah sakit yang disiagakan Kementerian Kesehatan untuk melayani panggilan teleponĀ konseling pencegahan bunuh diri, yakni:
1. RSJ Amino Gondohutomo Semarang (024) 6722565
2. RSJ Marzoeki Mahdi Bogor (0251) 8324024, 8324025, 8320467
3. RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta (021) 5682841
4. RSJ Prof Dr Soerojo Magelang (0293) 363601
5. RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang (0341) 423444
Ada pula nomor hot line Halo Kemenkes di 1500-567 yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi di bidang kesehatan, 24 jam.
Simak juga cerita Tasya Kamila yang menghadapi mom shaming, di video berikut: