https://foto.wartaekonomi.co.id/files/arsip_foto_2019_05_23/investasi_195958_big.jpg

Tren Pertumbuhan Dana Perusahaan Modal Ventura Mulai Melempem

by

WE Online, Jakarta - Perusahaan-perusahaan modal ventura yang memiliki dana kelolaan untuk pasar Asia Tenggara berhasil mengumpulkan modal baru sebesar US$1.3 miliar di tiga bulan pertama tahun ini. Perolehan ini mengakhiri trend pertumbuhan tiga bulanan yang dimulai sejak kuartal pertama tahun lalu, menurut laporan DealStreetAsia.

Total pendanaan yang dikumpulkan dari investor semenjak awal Januari hingga akhir Maret turun 47 persen bila dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya. Meski demikian, dana yang dikumpulkan tumbuh lebih dari tiga kali lipat bila dibandingkan dengan perolehan di kuartal pertama tahun 2019.

Dari total 10 perusahaan modal ventura yang mendapatkan pendanaan, lima perusahaan berhasil mencapai akhir dari periode penggalangan dana (final close) dengan total perolehan sebesar US$330 juta, sementara lima perusahaan lainnya membukukan perolehan sementara (interim close) sebesar $996 juta.

Baca Juga: Super Bangga! Kopi Kenangan Terima Pendanaan Baru Senilai Rp1,63 Triliun!

Perusahaan modal ventura yang berbasis di Asia Tenggara menyumbangkan 77 persen dari total perolehan dana, sementara sisanya dikumpulkan oleh perusahaan ventura asing yang memiliki alokasi investasi untuk salah satu atau beberapa negara di Asia Tenggara.

Sebagai basis dari perusahaan-perusahaan modal ventura yang paling berpengaruh di Asia Tenggara, Singapura dan Indonesia mendominasi perolehan dana segar dengan besaran masing-masing $865 juta dan $161 juta. Sementara itu, tidak ada perusahaan modal ventura yang membukukan penggalangan dana baru di Malaysia, Thailand, Vietnam dan Kamboja di kuartal pertama tahun ini.

Tiga perusahaan Singapura dengan perolehan terbesar di kuartal pertama adalah B Capital dengan $600 juta, Vickers Venture dengan $200 juta dan Credence partners dengan $50 juta. Hanya ada tiga perusahaan Indonesia yang berhasil menggalang dana di kuartal pertama: BRI Ventures dengan $136 juta, OCBC Ventura dengan $15 juta dan Indogen Capital dengan $10 juta.

Baca Juga: Investor Awal Gojek Tutup Putaran Pertama Pendanaan Kelima, Targetkan Himpun Rp12,5 T

Meskipun penggalangan dana melemah di kuartal pertama, perusahaan modal ventura tetap memiliki banyak amunisi untuk berinvestasi di perusahaan rintisan. Berdasarkan data perusahaan modal ventura yang berhasil mencapai akhir dari periode penggalangan dana di empat kuartal ke belakang, telah terkumpul modal sebesar US$5.8 milyar yang dapat diinvestasikan di perusahaan rintisan.

Selain penggalangan dana yang sudah mencapai akhir periode, saat ini ada 53 perusahaan modal ventura yang masih dalam proses penggalangan dana dengan total target sebesar US$8.4 miliar untuk Asia Tenggara. Sejauh ini, hanya 30 persen dari total target telah terpenuhi. Perusahaan dengan target pengumpulan dana terbesar adalah Vanda Global Capital dengan US$1.5 miliar untuk Agritech Fund, B Capital dengan US$750 juta untuk Fund II, dan Vickers Venture dengan US$500 juta untuk Fund VI.

Performa penggalangan dana perusahaan modal ventura diprediksi akan semakin melemah di bulan-bulan kedepan, sebagai akibat dari dampak pandemi Covid-19 terhadap kegiatan sosial dan ekonomi secara global.

“Performa penggalangan dana di kuartal pertama belum sepenuhnya menggambarkan dampak dari pandemi Covid-19. Ini karena kebanyakan penggalangan dana dilakukan sebelum pemerintah-pemerintah di Asia Tenggara mulai mengambil langkah yang lebih drastis dalam mengontrol kegiatan sosial dan mobilitas penduduk di bulan April,” kata Andi Haswidi, kepala riset pasar Asia Tenggara di DealStreetAsia.

Ia mengungkapkan bahwa setelah melihat data yang ada dan berbicara dengan para pemain di industri, pihaknya berkesimpulan bahwa tantangan akan semakin berat di kuartal kedua dan berikutnya, karena keberanian investor untuk mengambil resiko telah berubah secara drastis. Para manajer dana kelolaan akan sangat berhati-hati dalam mendistribusikan investasi.

"Hal ini bisa berdampak terhadap valuasi perusahaan rintisan berbasis teknologi meskipun ada cukup dana yang bisa diinvestasikan di luar sana,” pungkasnya.