Obligasi RI Stagnan, Investor Cenderung Wait and See
by Haryanto, CNBC IndonesiaJakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada hari Rabu ini (26/5/2020) mengalami stagnasi karena investor cenderung wait and see di tengah tensi perang dagang antara AS-China yang semakin memanas diimbangi dengan skenario new normal.
Data Refinitiv menunjukkan stagnasi harga surat utang negara (SUN) tercermin dari tiga seri acuan (benchmark). Ketiga seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun dan FR0080 bertenor 15 tahun, sementara FR0083 bertenor 20 tahun mengalami pelemahan.
Seri acuan yang melemah hari ini adalah FR0083 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan imbal hasil (yield) 0,10 basis poin (bps) menjadi 7,94%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Yield Obligasi Negara Acuan 27 Mei'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 26 Mei'20 (%) | Yield 27 Mei'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 27 Mei'20 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 7.131 | 7.131 | 0.00 | 6.6656 |
FR0082 | 10 tahun | 7.676 | 7.676 | 0.00 | 7.1784 |
FR0080 | 15 tahun | 7.985 | 7.985 | 0.00 | 7.7311 |
FR0083 | 20 tahun | 7.939 | 7.940 | 0.10 | 7.7481 |
Sumber: Refinitiv
Stagnasi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) justru menguat. Indeks tersebut naik 2,35 poin (0,86%) menjadi 274,31 dari posisi kemarin 271,96.
Kendati di pasar surat utang hari ini flat, namun rupiah di pasar valas mengalami penguatan. Pada hari Rabu ini (27/5/2020), rupiah menguat 0,41% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 14.670/US$ di pasar spot.
Stagnasi harga SUN tidak senada dengan penguatan di pasar surat utang pemerintah negara maju dan berkembang lainnya, kendati bervariatif.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 26 Mei'20 (%) | Yield 27 Mei'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 7.095 | 7.04 | -5.50 |
China (A+) | 2.7 | 2.709 | 0.90 |
Jerman (AAA) | -0.436 | -0.451 | -1.50 |
Prancis (AA) | 0.006 | -0.02 | -2.60 |
Inggris Raya (AA) | 0.2 | 0.195 | -0.50 |
India (BBB-) | 5.975 | 5.987 | 1.20 |
Jepang (A) | 0.007 | 0.002 | -0.50 |
Malaysia (A-) | 2.967 | 2.965 | -0.20 |
Filipina (BBB) | 3.228 | 3.209 | -1.90 |
Rusia (BBB) | 5.48 | 5.53 | 5.00 |
Singapura (AAA) | 0.734 | 0.833 | 9.90 |
Thailand (BBB+) | 1.1 | 1.17 | 7.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 0.6965 | 0.69 | -0.65 |
Afrika Selatan (BB+) | 9 | 9.04 | 4.00 |
Sumber: Refinitiv
Dari pasar surat utang negara maju dan berkembang terpantau menguat, yang kesemuanya hampir mencatatkan penurunan tingkat yield, kendati bervariatif. Surat utang negara yang paling menguat yaitu Brasil, yang mengalami penurunan tingkat yield sebesar 5,50 basis poin (bps).
Sementara itu, yang paling melemah adalah surat utang negara Singapura dengan kenaikan yield sebesar 9,90 bps. Hal tersebut mencerminkan investor global cenderung wait and see untuk masuk ke aset pendapatan tetap (fixed income) di tengah meningkatnya kekhawatiran perang dagang yang berlanjut menjadi perang dingin antara AS-China.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)