New Normal Sanggup Bikin Ekonomi Pulih?

by
https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2020/05/27/a2ce1a02-d183-4afc-ba2c-2d42a228ce0a_169.jpeg?w=700&q=80
Ilustrasi/Foto: Pradita Utama

Jakarta -

Indonesia bersiap menghadapi era normal yang baru atau new normal pada kondisi pandemi virus Corona (COVID-19). Hal tersebut diharapkan akan kembali menggerakkan kegiatan perekonomian yang laju pertumbuhannya sempat terpuruk di kuartal I-2020, yaitu hanya 2,97% berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS).

Menurut Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet, rencana new normal ibarat dua mata uang, dia bisa memberi dampak positif maupun negatif tergantung kesiapan Indonesia.

"Jadi potensinya betul dia akan menggerakkan kembali aktivitas ekonomi. Tetapi ada risiko juga yang mengikutinya. Nah risikonya itu adalah yang tadi saya sebutkan, ada yang potensi kasus baru. Jika (new normal) tidak dijalankan secara hati-hati, dia akan menambah korban," kata dia saat dihubungi detikcom, Selasa (26/5/2020).

Direktur Eksekutif Institute Development of Economic and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad membenarkan jika era new normal memang bisa mendorong perekonomian namun sangat lambat. Hal itu karena aktivitas bisnis seperti mal sangat dibatasi di era ini.

"Bisa berpengaruh tapi lambat karena new normal tanda kutip harus kompromi kan. Perlakuannya kompromi, tidak full capacity. Jadi kalau diproduksi katakanlah 100% bekerja, dia hanya separuh otomatis jalannya lebih lambat. Mal biasa penuh sekarang harus separuhnya otomatis tumbuhnya separuh dari perkiraan, nggak akan bisa kembali," kata Tauhid kepada detikcom, Selasa (26/5/2020).

Tapi tak semua protokol kesehatan di era new normal yang dikeluarkan Kemenkes tersebut bisa dijalankan oleh para pelaku usaha. Sebab masing-masing sektor usaha memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Salah satunya terkait meniadakan shift 3 atau shift malam.

Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani ada beberapa sektor usaha yang justru masih membutuhkan adanya pekerja shift malam. Sehingga untuk menerapkan skenario new normal yang satu itu tentunya menjadi kendala tersendiri.

Berkaitan dengan shift malam, Shinta menjelaskan kebanyakan hubungannya dengan security atau keamanan. Menurutnya tidak mungkin kalau tidak ada penjagaan. Jadi sekalipun produksi tidak dilakukan malam hari tetap ada beberapa pekerjaan yang fungsinya harus dijalankan malam hari dan tidak bisa dihentikan sama sekali.

Selebihnya, pelaku usaha mengaku siap untuk menerapkan kebijakan tersebut.

"Kami mau bekerja sama dengan pemerintah untuk memastikan protokol tersebut dipatuhi perusahaan dan orang-orang yang bekerja di perusahaan agar tempat kerja tidak menjadi pusat penyebaran," kata Shinta kepada detikcom, Selasa (26/5/2020).

Simak Video "Strategi Jokowi Menekan Covid-19 Demi New Normal"
[Gambas:Video 20detik]
(toy/eds)