https://awsimages.detik.net.id/visual/2019/04/15/ddac677c-d5b5-46b7-9044-c8f02abc6efb_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: Ilustrasi Kilang Minyak (AP/Eric Gay)

Kisah Proyek Kilang RI & Aramco: Diputar, Digantung, Diputus

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Proyek investasi kilang Cilacap antara Saudi Aramco dan PT Pertamina (Persero) bak kisah sinetron berkepanjangan dengan akhir tak seindah yang diharapkan.

Berawal sejak 2014, usulan kerjasama ini digagas untuk revitalisasi kilang Cilacap. Namun kerjasama ini memiliki jalan panjang, karena di balik janji investasi ada syarat yang berputar-putar, kepastian yang digantung, sampai akhirnya diputuskan.


Berikut kisah perjalanan panjang Pertamina dan Saudi Aramco :


Mulanya Saudi Aramco menjanjikan investasi hingga US$ 6 miliar atau setara Rp 87 triliun saat itu. Janji manis ini tidak gratis, tentu saja dengan syarat harus mendapat berbagai insentif dari pemerintah. Mulai dari tax holiday, lahan, dan penyerahan aset ke anak perusahaan nantinya.

Awalnya Pertamina sudah ingin menyerah karena kepastian tak kunjung dapat. Pertamina harus menunggu juga jawaban dari Kementerian Keuangan hingga Kementerian Koordinator Perekonomian terkait insentif-insentif yang diminta.

Pada akhirnya insentif yang diminta itu pun dikabulkan pemerintah. Gantianlah, pemerintah yang menagih ke Saudi Aramco. Jika semua fasilitas diberikan, kapan Saudi Aramco bakal masuk investasinya.
 
Berbagai aturan juga sudah disiapkan pemerintah untuk memperlancar permintaan Saudi Aramco. Misalnya dengan PMK (Peraturan Menteri Keuangan) Nomor 35/PMK.010/2018 untuk tax holiday, dan untuk penyerahan aset atau spin off dengan surat persetujuan dari Menteri BUMN Rini Soemarno yang diteken Juni 2018.

Investasi Ditawar Separoh oleh Arab

Perbedaan nilai valuasi ditengarai menjadi kendala utama lambatnya eksekusi rencana pengembangan kilang yang direncanakan memproduksi minyak setara Euro V tersebut.

Hambatannya sendiri sampai saat ini ada di masalah nilai evaluasi proyek pengembangan kilang. Berdasar dokumen yang didapat CNBC Indonesia beberapa waktu lalu, valuasi yang dihitung Pertamina mencapai US$ 5,66 miliar sementara Aramco hanya menilai proyek sebesar US$ 2,8 miliar atau hampir separuhnya.

Berdasarkan data dari dokumen yang didapat CNBC Indonesia disebutkan PT Pertamina (Persero) berpegangan pada entreprise value dari Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) pada Juni 2018, yang sebesar US$ 5,66 miliar atau setara Rp 79,95 triliun.

Sementara, Saudi Aramco menganggap entreprise value adalah US$ 2,8 miliar, yang sebenarnya merupakan valuasi dari nilai aset tetap (fixed asset value) hasil 2016 yang
disesuaikan dengan kurs awal 2018. Pertamina meminta konsultan auditor  PricewaterhouseCoopers (PwC) untuk melakukan valuasi ulang.

Dalam dokumen tersebut dikatakan, perlu dorongan dari Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad Bin Salman bin Abdulaziz Al-Saud agar Saudi Aramco dapat menyetujui valuasi baru yang akan dikeluarkan PwC.

Perlunya dorongan dari Putra Mahkota Arab menjadi salah satu alasan dari kunjungan kenegaraannya ke Indonesia yang diterima langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Bogor.


Bukan cuma sekali Jokowi melobi Arab untuk Kilang Cilacap, Jokowi juga sampai melobi langsung Pangeran Arab agar ada kepastian di proyek ini. Juli 2019 lalu, di tengah-tengah pertemuan G20 di Jepang, Jokowi menyambangi Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman, dan kembali menyinggung soal mega proyek ini. 

Jokowi dan Salman sepakat mendorong menteri-menterinya untuk gelar pertemuan. Sebagai tindak lanjutnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan; Menteri BUMN, Rini Soemarno; dan Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, telah melakukan pertemuan dengan Menteri Energi Arab Saudi, Khalid Al-Falih. Tapi seperti biasa, negosiasi berlangsung tanpa ada kepastian.

Pertamina Putuskan Melanjutkan Sendiri Pengembagan Kilang Cilacap

PT Pertamina (Persero) akhirnnya memutuskan untuk melanjutkan Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap sendiri tanpa raksasa minyak Saudi  Aramco. Praktisi migas dari Bimasena Energy Team yang juga Eks Bos Pertamina Ari  Soemarno menyebut jika pengembagan kilang Cilacap dikerjakan Pertamina sendiri akan sangat sulit.

Bahkan bisa dikatakan tidak mungkin Pertamina bisa membiayai sendiri. "Akan sangat sulit bahkan boleh dikatan tidak mungkin Pertamina mendanai sendiri, tanpa partner," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Rabu, (27/05/2020).

Ari menjelaskan pembangunan kilang baik berupa modifikasi/pembaharuan kilang yang ada maupun kilang baru sebelum pandemi saja sudah sulit. Apalagi sekarang ditambah dengan ada pandemi Covid-19 yang membuat kondisi keuangan menjadi sangat sulit.

"Dimasa sebelum kondisi Covid saja sudah demikian. Di mana tahun ini revenue dan profit Pertamina akan turun drastis," jelasnya.

VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman. Fajriyah mengatakan Pertamina akan melanjutkan RDMP Cilacap secara mandiri, sembari mencari partner baru.
"Pertamina akan melanjutkan RDMP Cilacap secara mandiri, sambil secara paralel akan dilakukan pencarian strategic partner," ungkapnya saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa, (26/05/2020). 

[Gambas:Video CNBC]


1 dari 2 Halaman