https://statik.tempo.co/data/2018/10/26/id_745022/745022_720.jpg
Polisi Amerika Serikat berjaga di depan rumah pasangan Bill dan Hillary Clinton seusai penemuan paket berisi bom pipa di Chappaqua, New York, Amerika, Rabu, 24 Oktober 2018. REUTERS

Leher Diduduki Oleh Polisi, Warga Amerika Tewas Kehabisan Napas

by

TEMPO.CO, Jakarta - Warga Amerika, George Floyd, tewas kehabisan napas ketika personil Kepolisian Minneapolis mendudukinya di aspal agar tidak kabur. Sebelum meninggal, Floyd sempat berteriak dan berontak karena dirinya tidak bisa bernapas. Namun, personil Kepolisian Minneapolis tetap mendudukinya di bagian leher hingga Floyd tidak bernapas sama sekali.

Dikutip dari Al Jazeera, empat personil kepolisian Minneapolis berada di lokasi kejadian ketika Floyd kesulitan bernafas. Namun, tidak ada satupun yang menolongnya. Kepolisian dan Pemerintah Minneapolis telah memutuskan untuk membebastugaskan keempatnya.

"Keempat polisi tersebut sudah dibebastugaskan dan itu yang terbaik untuk kota ini," ujar Wali Kota Minnesota, Jacob Frey, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, Rabu, 27 Mei 2020.

Peristiwa tewasnya Floyd sendiri terjadi pada hari Senin kemarin. Kala itu, empat personil Kepolisian Minneapolis mendatanginya atas dugaan Floyd telah melakukan tindak pidana penipuan dan pemalsuan.

Berdasarkan keterangan dari Kepolisian Minneapolis, Floyd ogah dimintai keterangan. Ia berontak, bahkan menyerang personil Kepolisian secara fisik. Tidak mau Floyd kabur, satu dari empat personil yang ditugaskan untuk menahan Floyd melumpuhkannya di atas aspal dan mendudukinya di bagian leher.

Floyd, yang lehernya diduduki, lanjut berontak. Kali ini disertai teriakan dan erangan bahwa dirinya tidak bernafas. Kepolisian malah memintanya untuk tidak melawan sembari memasangkan borgol ke kedua pergelangan tangannya.

"Aku tidak bisa bernafas. Kumohon, singkirkan kakimu di leherku," teriak Floyd.

Dalam waktu singkat, napasnya kian berat. Floyd mulai kehabisan napas. Dengan sisa-sisa tenaga yang ia punya, Floyd memohon kepada personil Kepolisian Minneapolis yang mendudukinya untuk menyingkirkan dengkulnya dari leher.

"Perutku sakit, leherku sakit. Ampun, kumohon, aku tidak bisa bernafas," isak Floyd, berusaha untuk bertahan hidup. Ketika personil Kepolisian Minneapolis menyadari bahwa Floyd benar-benar kesakitan, ia sudah menghembuskan nafas terakhirnya.

"Mereka mengakui bahwa Floyd kesakitan ketika dilumpuhkan," ujar keterangan Kepolisian Minneapolis. Warga sekitar, berdasarkan kesaksian mereka, juga sempat mencoba memberi tahu personil Kepolisian Minneapolis bahwa Floyd kesakitan.

Hingga berita ini ditulis, belum didapat kronologis lengkap dan berimbang atas peristiwa itu. Apa yang terjadi sebelum Floyd diduduki dan sesudah Floyd tewas belum terungkap lengkap.

Biro Investigasi Federal Amerika (FBI) telah dilibatkan Kepolisian dan Pemerintahan Minneapolis untuk menyelidiki kasus ini. Selain itu, mereka juga akan menangani soal dugaan pelanggaran hak masyarakat sipil dalam kasus Floyd.

"Kami meminta FBI dilibatkan setelah kami mendapatkan informasi ekstra dari informan," ujar Kepala Kepolisian Minneapolis, Medaria Arradondo.

ISTMAN MP | AL JAZEERA