https://awsimages.detik.net.id/visual/2020/03/02/dbd291d7-ef46-4378-92f8-b13e3363bf43_169.jpeg?w=715&q=90

Positif Covid-19 Masih Tinggi, Yakin Mau New Normal?

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berencana untuk memulai era new normal di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya dengan mulai melonggar kan pembatasan soal dengan mengizinkan sejumlah bisnis seperti mall buka kembali.

Ekonom INDEF Bhima Yudhistira mengatakan, memulai kehidupan normal ini tidak akan bisa mendorong perekonomian tahun ini. Apalagi kehidupan new normal dimulai saat penyebaran virus corona masih tinggi di Indonesia.

"Tidak (bisa selamatkan ekonomi). Karena new normal diberlakukan sebelum kurva positif Covid-19 menurun. Beda dengan Vietnam, angka kematian 0 baru diperlonggar aktivitas ekonominya dan masuk fase new normal," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (27/5/2020).

Menurutnya, kebijakan pelonggaran pembatasan sosial di masa saat ini justru bisa membuat pemulihan ekonomi nasional semakin lama. Oleh karenanya, ia menyarankan agar pembatasan sosial atau new normal dilakukan saat kurva penyebaran pandemi di Indonesia telah menurun.

Sebab, jika ini diteruskan malah akan menambah semakin buruknya masalah kesehatan di Indonesia terutama di kelas menengah ke atas yang menjadi konsumen mall-mall di tanah air. Jika mall di buka ia menilai semua masyarakat di kelas tersebut akan menumpuk di mall hanya sekedar melihat-lihat dan bukan belanja.

Dengan demikian, masalah kesehatan semakin berbahaya sedangkan konsumsi pun tidak naik karena konsumsi tidak banyak.

"Bisa dibayangkan, jika mall dibuka dan pada kesana semua. Tapi tidak belanja. Percuma, jadi kebijakan new normal di Indonesia aneh bin ajaib," kata dia.

Ia menekankan, bahwa tidak mungkin melakukan penyelamatan ekonomi dan kesehatan sekaligus pada saat ini. Apalagi kebijakan yang dilakukan pemerintah dinilai tidak konsisten sehingga membingungkan pelaku usaha dan konsumen.

Selain itu, anggaran stimulus pemerintah untuk mendorong perekonomian terutama konsumsi masyarakat dinilai masih sangat rendah. Ini juga menjadi salah satu alasan masyarakat tidak bisa taat untuk berdiam diri di rumah karena bantuan dari pemerintah tidak cukup membiayai kehidupannya.

"Kalau stimulus besar, rakyat pasti patuh di rumah aja. Pandemi bisa cepat turun kurva nya dan bisnis masuk new normal," tegasnya.

[Gambas:Video CNBC]

(dru)