https://awsimages.detik.net.id/visual/2020/04/07/da6d7390-6e34-4470-b3c2-3e86a57a4abb_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe (Tomohiro Ohsumi/Pool Photo via AP)

Jepang Kembali Keluarkan Paket Stimulus Rp 16 Ribu T

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Jepang dikabarkan akan kembali meggelontorkan paket stimulus baru senilai 117 triliun yen (Rp 16.055 triliun). Dana digunakan untuk membangun ekonomi yang terpuruk akibat hantaman pandemi COVID-19.

Jika disetujui, sejauh ini Jepang sudah mengeluarkan total 234 triliun yen, atau sekitar 40% dari produk domestik bruto negara. Angka yang sama juga digelontorkan April lalu.

"Kita harus melindungi bisnis dan pekerjaan dengan cara apa pun dalam menghadapi jalan yang sulit di depan. Kita juga harus mengambil semua langkah yang diperlukan untuk mempersiapkan gelombang epidemi yang lain," ujar Perdana Menteri Shinzo Abe dalam pertemuan dengan anggota parlemen partai yang berkuasa.

Sebagaimana diberitakan Reuters, paket stimulus yang disusun pada Rabu (27/5/2020) ini akan mencakup 33 triliun yen pengeluaran langsung. Sekitar 31,9 triliun yen untuk obligasi pemerintah di tahun fiskal yang akan berakhir pada Maret 2021 mendatang.

Pejabat pemerintah mengatakan paket stimulus tersebut akan mencakup peningkatan pengeluaran medis, bantuan kepada perusahaan yang kesulitan untuk membayar sewa, dukungan bagi siswa yang kehilangan pekerjaan paruh waktu, dan lebih banyak subsidi bagi perusahaan yang terkena dampak akibat penjualan yang merosot.

Dalam anggaran tambahan kedua tersebut, pemerintah juga akan menyisihkan 10 triliun yen dalam cadangan yang dapat digunakan untuk pengeluaran darurat.

Dalam pertemuan tersebut, Abe juga mengatakan pemerintah secara terpisah akan menyediakan hingga 140 triliun yen dalam bantuan keuangan kepada perusahaan-perusahaan yang terkena pandemi.

Ekonomi Jepang menghadapi resesi untuk pertama kalinya dalam 4 tahun pada kuartal terakhir. Jepang kini menduduki posisi ke-40 dalam kasus COVID-19 terbanyak secara global, dengan total 16.623 kasus positif, 846 meninggal, dan 13. 810 pasien berhasil sembuh.

[Gambas:Video CNBC]

(sef/sef)