Caplok Pinehill Rp 45 T, Kelewat Mahal Gak sih Buat Indofood?
by tahir saleh, CNBC IndonesiaJakarta, CNBC Indonesia - Harga saham dua emiten konsumer milik Grup Salim yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan induk usahanya, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), berakhir di zona merah pada perdagangan sesi I, Rabu ini (27/5/2020), setelah pada penutupan Selasa kemarin juga ambles.
Sentimen akuisisi Pinehill dengan nilai mencapai US$ 2,99 miliar atau sekitar Rp 44,55 triliun (asumsi kurs Rp 14.900/US$) tampaknya membuat banyak investor domestik melepas saham INDF dan ICBP kendati investor asing justru masuk.
Pada penutupan sesi I Rabu ini, saham INDF ditutup minus 6,67% di level Rp 5.600/saham dengan jumlah investor asing belanja hingga Rp 12,35 miliar, sementara ICBP juga terkoreksi hingga 6,98% di level Rp 8.325/saham dengan investor asing masuk mencapai Rp 6,33 miliar di semua pasar.
Pada Jumat pekan lalu, Indofood CBP Sukses Makmur meneken perjanjian jual beli bersyarat dengan Pinehill Corpora Limited dan Steele Lake. Nilai transaksi yang diteken pada Jumat 22 Mei saat libur Lebaran itu mencapai US$ 2,99 miliar atau sekitar Rp 44,55 triliun.
Objek transaksi adalah pertama, seluruh saham Pinehill Company Limited yang dimiliki oleh Pinehill Corpora, yaitu sebanyak 70.828.180 saham yang merupakan 51% dari total saham yang telah diterbitkan Pinehill Company.
Kedua, seluruh saham Pinehill Company Limited yang dimiliki oleh Steele Lake, yaitu sebanyak 68.050.408 saham atau 49% dari total saham yang telah diterbitkan oleh Pinehill Company.
Adapun Pinehill Corpora masih terafiliasi dengan ICBP karena merupakan konsorsium di mana Anthoni Salim memiliki penyertaan secara tidak langsung sekitar sebesar 49% saham Pinehill Corpora.
Merlissa Trisno, analis dari PT CLSA Sekuritas Indonesia, dalam riset yang dipublikasikan kepada pelaku pasar, juga menganalisis dampak pembelian ini dan bagaimana valuasi dari pembelian tersebut.
"Akuisisi Pinehill dihargai senilai US$ 3 miliar atau setara dengan 23 kali dari PE [price earning] 2020 dengan penghasilan terjamin sebesar US$ 128,5 juta atau 66% secara year on year. Nilai akuisisi ini akan dibayar dua kali yakni sebesar US$ 2,35 miliar pada tanggal penyelesaian, dan sisanya US$ 650 juta pada 30 April 2022 dengan tingkat kompensasi 2,63%," tulis Merlissa, dalam riset per 25 Mei 2020.
Rasio PE adalah rasio yang menggambarkan bagaimana keuntungan emiten saham terhadap harga sahamnya. Perhitungan dilakukan dengan membagi harga saham saat ini dengan keuntungan bersih tahunan per saham atau earning per share (EPS).
Merlissa mengatakan ICBP akan mendapatkan diskon transaksi jika pendapatan Pinehill mencapai US$ 122 juta atau lebih rendah pada tahun 2020 dan 2021 dengan nilai penyesuaian berdasarkan pada rumus tertentu. Rumus itu yakni: nilai penyesuaian = (laba dijamin - laba aktual) x PE kelipatan 23.
"ICBP akan mendapatkan diskon transaksi jika pendapatan mencapai 95% dari target dan di bawahnya dengan jumlah retensi total berdasarkan perbedaan nilai (target - laba aktual) x 23 (multipel PE). Pembayaran akan menggunakan kombinasi kas internal (US$ 300 juta) dan sisanya dengan pinjaman bank," tulis Merlissa.
Sebab itu, pihaknya memperkirakan, kesepakatan ini berpotensi netral terhadap pendapatan ICBP dengan asumsi tingkat pinjaman dolar AS 4%.
"Ini dengan asumsi, satu, penghasilan [Pinehill bisa] US$ 128,5 juta pada tahun 2020, dua, transaksi dilakukan pada awal tahun, dan tiga, tidak dapat dikurangkan dari pajak untuk biaya bunga terkait dengan akuisisi. Rasio utang/ekuitas berpotensi mencapai 1,2 kali dengan net gearing 1,1 kali, dari posisi kas bersih saat ini," tulis Merlissa.
Gearing ratio atau leverage secara singkat dapat digambarkan sebagai rasio antara utang jangka pendek dibandingkan total modal.
"Karenanya, untuk setiap kehilangan pendapatan US$ 10 juta, ICBP akan berhak atas diskon transaksi US$ 230 juta. Nilai penyesuaian apa pun akan dikurangkan dari pembayaran tranche 2 pada tahun 2022 (US$ 650 juta)," kata Merlissa.
Merlissa mengatakan pihaknya percaya target pendapatan Pinehill sebesar US$ 128,5 juta pada tahun 2020 dapat mencakup asumsi perolehan valas mengingat penguatan tren mata uang di Arab Saudi dan Nigeria (dua pasar terbesar Pinehill). Karena itu, pihaknya memperkirakan US$ 30 juta perolehan valas pada tahun 2020, bisa membalikkan dari kerugian valas tahun lalu.
"Dengan asumsi 20% margin Ebit untuk Pinehill, perhitungan kami menunjukkan pendapatan harus digandakan pada tahun 2020 untuk mencapai target yang agresif," tulis Merlissa.
Merlissa mengatakan harga akuisisi Pinehill yakni 23 kali PE (price earnings) 2020 menciptakan sentimen jangka pendek. "Indofood CBP mengumumkan hasil dan rincian akuisisi Pinehill selama liburan Lebaran. Hasilnya terlihat sejalan, dengan semua divisi memberikan margin Ebit positif pada 1Q20," katanya.
"Akan tetapi, akuisisi Pinehill dapat menciptakan sentimen negatif jangka pendek karena harga akuisisi 23 kali 2020 PE atas penghasilan yang dijamin, menilai Pinehill sebesar US$ 3 miliar atau 40% dari kapitalisasi pasar ICBP saat ini," katanya.
Sebab itu dia menurunkan peringkat rekomendasi dari "beli (buy)" ke "underperformed (U-PF)" dengan target harga dari Rp 11.000 menjadi Rp 9.850/saham untuk ICBP. Rekomendasi underperformed biasa digunakan untuk saham yang diperkirakan cenderung turun di bawah pasar (indeks harga saham).
Sementara untuk INDF juga terseret oleh sentimen negatif jangka pendek di anak perusahaan. Indofood dinilai memperoleh 80% NAV (net asset value) dari anak perusahaan terbesarnya, Indofood CBP.
"Kami percaya setiap sentimen negatif jangka pendek ke ICBP juga bisa memberikan tekanan pada harga saham Indofood. Selain ICBP, sebagian besar divisi Indofood memiliki model bisnis berbiaya plus yang menunjukkan risiko penurunan terhadap margin (yaitu tepung)," katanya.
"Dampak dari kenaikan harga CPO atau minyak sawit (dalam rupiah) harus dibatasi karena mayoritas produksi (75%) diserap secara internal untuk bisnis hilir."
Lantaran itu, pihaknya juga menurunkan rekomendasi dan target harga INDF dari "beli" ke "underperformed" dengan target harga Rp 8.000 menjadi Rp 6.800/saham.
Gideon A. Putro, Corporate Secretary ICBP mengatakan harga pembelian sebesar US$ 2,99 miliar itu ditentukan berdasarkan negosiasi yang wajar (arm's length) antara perseroan dengan para penjual dengan ketentuan komersial yang wajar.
"ICBP akan membayar akuisisi sebesar US$ 300 juta dengan dana kas internal yang dihasilkan dari kegiatan usaha. Sisanya, akan dibiayai dari fasilitas pinjaman dari lembaga perbankan," katanya dalam keterbukaan informasi.
(tas/hps)