https://awsimages.detik.net.id/visual/2018/01/03/983c8f73-4538-49f4-b8db-61cd194360e3_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: ist

Usai Tiphone, Giliran Rating PP Properti Dipangkas Pefindo

by

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) lagi-lagi menurunkan rating atau peringkat utang emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) seiring dengan mulai naiknya risiko kredit di tengah kondisi ekonomi yang terpapar virus corona (Covid-19).

Setelah sebelumnya Pefindo memangkas rating PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) dari BBB+ menjadi BB+, kali ini giliran anak usaha BUMN yakni PT PP Properti Tbk (PPRO).

Pefindo 
menurunkan peringkat PPRO dan Obligasi I Tahun 2016 menjadi idBBB- dari idBBB. Penurunan peringkat mencerminkan ekspektasi Pefindo bahwa profil kredit PPRO akan tetap lemah dalam jangka waktu menengah sebagai dampak dari penurunan permintaan atas properti di tengah kondisi leverage keuangan yang cukup tinggi

"Kami memproyeksikan arus kas masuk dari PPRO akan tergerus cukup signifikan di 2020 akibat dari pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) yang membatasi aktivitas pemasaran dan memperlambat pembangunan proyek," tulis Martin Pandiangan dan Kresna Piet Wiryawan, dua analis Pefindo, dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (27/5/2020).

Pefindo juga mengantisipasi proyeksi rasio utang terhadap EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi) akan tetap tinggi melebihi 15 kali dalam jangka waktu menengah.

"Meskipun PPRO fokus pada penjualan untuk properti yang hampir selesai dibangun dan penjualan dalam jumlah besar, PPRO juga tetap harus mengatasi kebutuhan pembiayaan atas biaya konstruksi, pembayaran pokok dan bunga, serta belanja modal Perusahaan," tegas keduanya.

Adapun prospek atau outlook dari peringkat perusahaan dipertahankan di "negatif" untuk mengantisipasi memanjangnya arus kas operasi dan risiko pembiayaan kembali dari Medium-Term Notes (MTN) perusahaan yang akan jatuh tempo pada Agustus 2020 hingga November 2020 dengan total nilai sebesar Rp 1,2 triliun.

"PPRO berencana untuk menggunakan kas internal dan menerbitkan surat utang untuk melunasi MTN tersebut. Kami akan terus memantau kesiapan PPRO untuk melunasi MTN yang jatuh tempo," tegas keduanya.

Pefindo menegaskan obligor dengan peringkat idBBB memiliki kemampuan yang memadai dibandingkan obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya.

"Walaupun demikian, kemampuan obligor lebih mungkin akan terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi. Tanda Kurang (-) menunjukkan bahwa peringkat yang diberikan relatif lemah dan di bawah rata-rata kategori yang bersangkutan," tulis Pefindo.

Peringkat perusahaan mencerminkan posisi PPRO yang cukup penting bagi induk usahanya, PT PTPP Tbk (PTPP) yang punya rating dA+/Negatif), kualitas aset yang baik, dan lokasi properti yang relatif terdiversifikasi. Namun, peringkat dibatasi oleh leverage keuangan yang tinggi, proteksi arus kas dan likuiditas yang lemah, dan sensitivitas terhadap perubahan kondisi makro ekonomi.

Peringkat dapat diturunkan apabila leverage keuangan yang tinggi terus berlanjut dalam jangka menengah, tercermin dari proyeksi rasio utang terhadap EBITDA di atas 15 kali.

"Peningkatan risiko pembiayaan kembali dan tekanan likuiditas juga dapat menurunkan peringkat. Peringkat juga dapat diturunkan apabila terdapat indikasi yang signifikan atas menurunnya dukungan dari induk usaha. Namun, outlook dapat direvisi menjadi stabil apabila Perusahaan secara signifikan meningkatkan arus kas operasi dan menurunkan leverage keuangannya secara berkelanjutan," tulis Pefindo.

Sebelumnya Pefindo menurunkan peringkat beberapa obligasi TELE seiring dengan mulai naiknya risiko atas pembiayaan ulang surat utang tersebut. Pefindo juga menurunkan peringkat perusahaan dengan memberikan Creditwatch dengan implikasi negatif.

Ada empat obligasi yang diturunkan peringkatnya dari BBB+ menjadi BB+.

[Gambas:Video CNBC]

(tas/hps)