29 Tahun Jepang Jadi Kreditor Terbesar, Pantas Yen Perkasa
by Putu Agus Pransuamitra, CNBC IndonesiaJakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar yen Jepang (JPY) menguat melawan rupiah juga dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (27/5/2020). Tensi AS-China yang dapat memperburuk sentimen pelaku pasar membuat yen yang menyandang status aset aman (safe haven) kembali perkasa.
Pada pukul 10:04 WIB, JPY 1 setara Rp 137,08, yen menguat 0,11% melawan rupiah di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara melawan dolar AS, yen menguat 0,14% ke 107,37/US$.
Sentimen pelaku pasar saat ini sedang dibuat naik turun akibat semakin banyak adanya vaksin yang berpotensi menjadi anti virus corona, diimbangi dengan tensi hubungan AS dengan China yang semakin memanas.
"Sentimen pelaku pasar global sedang bagus, tetapi yang bisa merubah semua itu adalah hubungan AS dengan China" kata Junichi Ishikawa, ahli strartegi valas senior di IG Seciurities, sebagaimana dilansir Reuters.
Kedua negara sudah berseteru sejak tahun lalu, mulai dari perang dagang, kemudian kisruh asal virus corona, dan kini kembali masalah Hong Kong.
Presiden AS, Donald Trump, Selasa kemarin mengatakan sebelum akhir pekan ini Amerika Serikat akan mengumumkan langkah apa yang akan diambil ke China terkait Undang-undang keamanan yang akan diterapkan di China. Undang-undang tersebut memicu demo berdarah di Hong Kong beberapa hari terakhir.
Dolar AS sebenarnya juga aset safe haven, tetapi masih kalah pamornya ketika berhadapan dengan yen. Sebabnya, Negeri Matahari Terbit merupakan negara kreditor terbesar di dunia.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dikutip Reuters, jumlah aset asing yang dimiliki pemerintah, swasta, dan individual Jepang mencapai US$ 3,4 triliun di akhir tahun 2019, naik 6,7% dari tahun 2018. Status negara kreditor tersebut mampu dipertahankan dalam 29 tahun berturut-turut.
Jumlah aset asing yang dimiliki oleh Jepang tersebut 1,2 kali lebih banyak dari Jerman yang merupakan negara kreditor terbesar kedua di dunia.
Saat terjadi kemerosotan ekonomi secara global seperti saat ini atau gejolak geopolitik, maka para investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)