Pak Jokowi! Ini Peringatan Pengusaha Sebelum New Normal
by Muhammad Choirul Anwar, CNBC IndonesiaJakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Kadin Indonesia, Rosan P Roeslani mengingatkan pentingnya ketepatan waktu penerapan skenario new normal. Dia juga meminta pemerintah untuk selalu melakukan evaluasi secara berkala saat sudah diterapkan.
"Banyak provinsi dan kabupaten/kota beda-beda statusnya. Ada provinsi atau kabupaten/kota yang memang sudah siap tapi ada juga yang butuh waktu lebih panjang untuk memasuki new normal. Yang lebih penting kami melihatnya adalah evaluasi dari kebijakan ini. Misalnya nanti dibuka, satu dua minggu dievaluasi dulu secara menyeluruh, dilakukan penyempurnaan sehingga apakah new normal perlu diperlebar lagi," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (26/5/20).
Sejauh ini, dia mengaku pengusaha sudah diberikan sosialisasi. Dalam hal ini, dia bilang pemerintah juga menggali sejumlah masukan dari para pengusaha. Bagi pengusaha, sosialisasi ini juga menjadi penting dalam rangka persiapan memasuki new normal.
"Pada saat pembukaan new normal, dari dunia usaha kan harus melakukan adaptasi, inovasi, dan berkreativitas. Bisnis akan berjalan tidak seperti sebelum Covid-19 karena harus ada penyesuaian-penyesuaian, seperti physical distancing, kita harus pakai masker, rajin cuci tangan, hand-sanitizer, hal hal itu harus diterapkan penuh dan total oleh dunia usaha," katanya.
Menurutnya, setiap industri juga memiliki karakteristik berbeda. Dengan demikian, dia menyarankan agar pemerintah juga memperhatikan kebijakan turunan mengenai protokol kesehatan di masing-masing industri.
"Memang ini akan menimbulkan cost baru kepada dunia usaha. Memang itu yang kita lakukan ke depan, kita harus terbiasa, karena kan sekarang ada pembatasan. Restoran yang tadinya menampung 100 mungkin jadi 40-50 orang, begitu juga pesawat 50% dari seating kapasitas. Ada penyesuaian yang ujungnya ada cost-cost tambahan. Itu juga yang harus kita lihat," katanya.
Di sisi lain, menurutnya para pengusaha juga harus lebih jeli melihat peluang. Dikatakan, pengusaha harus selalu berpikiran positif karena harus bisa adaptasi dengan cepat dan tepat, karena dia juga menyadari bahwa new normal mengharuskan semuanya hidup berdampingan dengan Covid-19.
"Kita boleh hope for the best, tapi prepare for the worst. Kita selalu menjaga itu, tetapi karena faktor ketidakpastian tinggi karena Corona, maka kita melihat ini prosesnya recovery ini masih cukup panjang," katanya.
Ia menambahkan, pentingnya inovasi juga bakal mendorong percepatan revolusi industri 4.0. Baginya, memanfaatkan teknologi di era pandemi adalah hal mutlak jika ingin berkembang.
"Kita lihat banyak warung sekarang banyak terkoneksi dengan IT dalam marketingnya. Tentu dengan hal ini membuat kita harus lebih menyongsong teknologi dan juga industri revolusi 4.0 jadi lebih cepat. Sekarang disarankan semua pembayaran tak pakai uang kertas lagi tapi dengan teknologi. Ini mendorong, semua yang berhubungan dengan teknologi jadi lebih cepat," tuturnya.
Menurutnya, penanganan Covid-19 di Indonesia bakal jadi pertimbangan para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Tingkat kesuksesan penerapan skenario new normal juga merupakan faktor penentu investor menjatuhkan pilihan.
Di kawasan ASEAN, negara pesaing dalam perebutan investasi yaitu Vietnam dan Thailand terbilang sukses dalam kecepatan penanganan corona dibandingkan Indonesia. Investor tentu akan menimbang masalah ini, termasuk dari rencana relokasi pabrik dari China.
Ia menilai, faktor kesehatan ke depan akan jadi poin penting di dunia usaha. Sejumlah negara bahkan sudah mengucurkan anggaran lebih besar dalam rangka memperkuat bidang kesehatan.
"Di bidang kesehatan, ke depannya sudah pasti di banyak negara termasuk kita akan anggarkan lebih besar dalam hal kesehatan, jadi prioritas dan berinteraksi dalam kehidupan sehari hari," ujarnya.
Dikatakan, pandemi Covid-19 ini merupakan ujian bagi Indonesia dalam menghadapi potensi krisis. Rosan bilang, dalam beberapa kali pengalaman, Indonesia sudah berhasil melalui krisis dengan kebangkitan kembali.
Tren itu yang perlu dilanjutkan dalam masa pandemi Covid-19. Karena itu dia menggarisbawahi pentingnya koordinasi antar stakeholder.
"Kuncinya adalah kolaborasi sinergi dari semua pemangku kepentingan. Kehadiran pemerintah dan negara benar benar sangat diharapkan sehingga komunikasi pemangku kepentingan dalam mencari solusi akan jadi sangat penting," katanya.
Ia meyakini, pandemi Covid-19 pasti akan berakhir. Namun pemulihan yang dibutuhkan tidak semudah membalikkan telapak tangan, paling tidak butuh waktu 1-2 tahun ke depan.
"Sehingga kita pun harus segera adaptasi, adjustment dalam hal melakukan operasi usaha dan ekonomi. Kita harus mulai membiasakan bahwa faktor faktor kesehatan akan jadi salah satu yang membuat dunia usaha, bisnis kita ini bisa bergerak lebih maju dan baik."
"Ini akan menjadi konsiderasi tidak hanya di kita tetapi juga konsiderasi oleh pihak luar juga (investor). Apalagi mereka yang ingin misalnya tetap berinvestasi ke Indonesia. Hal itu jadi check point bagi kita. Apakah sudah melakukan protokol kesehatan dengan baik dan benar," katanya.
(hoi/hoi)