https://statik.tempo.co/data/2020/05/17/id_938793/938793_720.jpg
Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpampang di pintu masuk kantor pusatnya di Jenewa, 25 Januari 2015. [REUTERS / Pierre Albouy / File Foto]

WHO Peringatkan Puncak Kedua Covid-19 Saat Lockdown Dibuka

by

TEMPO.CO, Jakarta- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan negara-negara di dunia mengenai puncak kedua pandemi Covid-19 ketika pelonggaran karantina wilayah (lockdown) dilakukan. Menurut WHO, dunia saat ini masih harus berjuang melawan gelombang pertama wabah virus Corona baru atau SARS-CoV-2.

Direktur Eksekutif WHO Mike Ryan mengatakan, saat ini bukan dalam gelombang kedua Covid-19. "Namun, tepatnya kami berada di tengah gelombang pertama secara global," ujarnya, seperti dikutip laman New York Post, Selasa, 26 Mei 2020.

Menurut Ryan, dunia masih berada dalam fase di mana penyakit yang pertama kali menyebar di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina itu sebenarnya sedang dalam perjalanan. Ryan merujuk pada kasus di Amerika Selatan, Asia Selatan dan daerah lain melihat peningkatan jumlah infeksi.

Memperhatikan bagaimana epidemi sering datang dalam beberapa gelombang, Ryan mengatakan wabah bisa muncul akhir tahun ini di tempat-tempat di mana gelombang pertama telah mereda. Ryan menjelaskan, ketika berbicara tentang gelombang kedua, secara klasik apa yang sering dimaksudkan adalah akan ada gelombang pertama penyakit itu sendiri, lalu kambuh berbulan-bulan kemudian."Dan itu mungkin menjadi kenyataan bagi banyak negara dalam waktu beberapa bulan ke depan," kata Ryan.

WHO memperingatkan para pemimpin negara, salah satunya di Brasil, yang sekarang menjadi negara yang paling parah terkena dampak di setelah Amerika dengan 375.000 kasus yang dikonfirmasi mengenai pelonggaran lockdown. Tingkat penularan intens di negara itu berarti harus melanjutkan beberapa tindakan tetap di rumah, terlepas dari beban ekonomi.

"Dalam keadaan seperti ini, mungkin tidak ada alternatif," tutur Ryan, menambahkan. "Kamu harus terus melakukan semua yang kamu bisa."

Sebuah larangan perjalanan terhadap orang asing yang datang dari Brasil ke Amerika juga diatur untuk memutus penyebaran virus. Sementara itu, India melaporkan lompatan satu hari dalam kasus virus Corona baru untuk hari ketujuh berturut-turut. Negara itu melaporkan 6.535 infeksi baru pada hari Selasa, menjadikan penghitungan menjadi 145.380, termasuk 4.167 kematian.

Hingga kurang lebih lima bulan virus itu menyebar, masih belum ada pengobatan yang terbukti atau vaksin untuk mematikan virus. Namun, tes oleh perusahaan bioteknologi Amerika Novavax telah dimulai di Australia dengan harapan merilis vaksin yang terbukti efektif pada tahun ini.

Tahap pertama pengujian sedang berlangsung, di mana 131 sukarelawan yang mendapatkan suntikan untuk menguji efektivitas dan keamanan vaksin. Di seluruh dunia, lebih dari 5,5 juta kasus virus Corona dilaporkan, Amerika telah melihat jumlah kasus terbesar, dengan lebih dari 1,6 juta dilaporkan.

NEW YORK POST | JOHNS HOPKINS UNIVERSITY