https://statik.tempo.co/data/2016/04/01/id_494548/494548_620.jpg
Robot "Mark 1", memjamkan mata sebelah saat menerima perintah oleh penciptanya Ricky Ma, saat demonstrasi di Hong Kong, Cina, 31 Maret 2016. Ma, menghabiskan biaya lebih dari HK $ 400.000 ($ 51.000) untuk membuat robot yang memenuhi impian masa kecilnya. REUTERS/Bobby Yip

Ilmuwan Bikin Mata Bionik untuk Pasien Gangguan Penglihatan

by

TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan dari Amerika Serikat dan Hong Kong telah mengembangkan mata sintetis yang mirip dengan aslinya. Dengan sensor tiruan fotoreseptor yang ditemukan di mata manusia, prototipe bionik itu diperkirakan dapat digunakan untuk memulihkan penglihatan pada individu yang kehilangan penglihatan.

Tim peneliti menyebutnya sebagai mata biomimetik, perangkat yang memadukan antara teknologi modern dan desain yang nyata. Ini terdiri dari retina buatan hemispherical dan berbagai sensor yang menangkap gambar hidup, dan mampu berinteraksi dengan otak manusia yang cukup rumit, demikian dikutip laman BGR, Minggu, 24 Mei 2020.

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan dan dokter telah menemukan cara untuk mengganti beberapa komponen vital tubuh dengan versi buatan yang dapat mengembalikan kualitas hidup seseorang, atau bahkan menyelamatkannya dari kematian. Hal itu menjadi pengobatan modern yang sangat luar biasa.

Mata merupakan indera yang sangat istimewa, dan cara mata berkomunikasi dengan otak membuatnya tidak sesederhana 'plug-and-play'. Menciptakan perangkat untuk berinteraksi dengan otak manusia adalah rintangan besar.

Tantangan terbesar yang telah diatasi oleh para peneliti adalah menjejalkan teknologi menjadi bentuk bulat yang berpotensi digunakan sebagai implan. Mereka belum benar-benar menguji perangkat itu pada makhluk hidup.

Seperti yang dilaporkan Daily Mail, para peneliti sudah menyiapkan uji coba pada hewan dan manusia. Namun, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, dan para ilmuwan mencatat bahwa perangkat dalam kondisi saat ini hanyalah awal dari apa yang mungkin terjadi beberapa tahun ke depan.

Dalam kondisi saat ini, kemampuan mata bionik untuk membuat gambar bukan yang terbaik. Ini menghasilkan gambar resolusi rendah yang mampu melihat huruf alfabet, tapi gambar yang lebih rumit akan membutuhkan kepadatan sensor yang lebih tinggi.

Para peneliti mengatakan bahwa ketika teknologi berkembang, kepadatan sensor dan resolusi gambar yang dihasilkan benar-benar dapat mengalahkan mata manusia yang nyata. Mata sintetis juga dipertimbangkan untuk aplikasi robotika. Gagasan tentang robot yang secara kecerdasan buatan berjalan dengan mata yang lebih baik memang sedikit mengganggu, tapi mungkin itulah yang akan terjadi di masa depan.

BGR | DAILY MAIL