Orang Tua Cemaskan Anak Saat Masuk Sekolah
by Oryza A. WirawanJember (beritajatim.com) – Orang tua mencemaskan anak-anak kembali beraktivitas di sekolah dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini. Apalagi kurva jumlah penderita Covid-19 masih belum juga landai dan justru tengah meningkat di Jawa Timur.
Terakhir, Pemerintah Provinsi Jatim mencatat ada 3.939 orang terkonfirmasi positif Covid-19. Sebanyak 28 orang di antaranya di Kabupaten Jember. “Lebih baik memang pemangku kebijakan tidak gegabah mewajibkan siswa masuk sekolah dalam kondisi begini, mengingat jumlah penderita Covid makin bertambah, tidak hanya secara umum di Indonesia atau Jatim, tapi juga di Jember,” kata Gogot Cahyo Baskoro, salah satu orang tua siswa, Rabu (27/5/2020) pagi.
Gogot menilai, membiarkan anak masuk sekolah dalam kondisi begini, sama dengan menempatkan mereka dalam kondisi bahaya. “Saya di rumah yang mencoba menerapkan protokol kesehatan agak ketat saja, anak-anak masih sering lalai cuci tangan, pakai masker, pakai hand sanitizer, dan seterusnya,” kata pria warga Kecamatan Kaliwates yang punya anak di bangku SMP.
Zumrotun Solichah menyampaikan kekhawatiran senada. “Banyak warga yang masih ndableg mengabaikan protokol kesehatan, serta belum maksimalnya fasilitas yang memadai di sekolah seperti sarana cuci tangan, masker, dan lain-lain. Edukasi kepada guru dan siswa juga belum maksimal. Jadi orang tua merasa waswas dengan kondisi saat ini untuk memaksakan anak masuk sekolah tanpa pengawasan ketat dalam mematuhi protokol kesehatan,” kata orang tua salah satu siswa SD negeri ini.
Idealnya, sekolah diliburkan sampai kurva pertumbuhan konfirmasi Covid-19 landai. “Siapa yang bertanggung jawab kalau ada sesuatu terhadap anak-anak kita, yang memang secara alamiah mereka belum begitu tertib dalam menjaga diri? Apalagi ketika ada lonjakan pasien Covid, sejauh mana kesiapan pemerintah? Sarana prasarana perawatan apakah memadai? Begitu juga sumber daya manusia, obat, dan seterusnya bagaimana?” kata Gogot setengah bertanya.
“Idealnya anak masuk sekolah saat kurva melandai untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, karena khawatir ada siswa yang mudik tanpa diketahui siapapun masuk sekolah dan menulari siswa yang lain,” tambah Zumrotun.
“Harapan saya, pemerintah mengevaluasi ulang bila ingin kembali mewajibkan anak didik masuk dalam kondisi begini. Konsep dan materi belajar dari rumah yang mungkin perlu ditingkatkan. Tidak sekadar memberi tugas pada siswa, misal guru mengajar secara daring. Walau saya sadar, mungkin tidak semua sekolah bisa menerapkan,” tambag Gogot.
Sesuai jadwal yang dikeluarkan Pemerintah Kabupaten Jember, kegiatan belajar-mengajar sekolah dasar dan sekolah menengah pertama akan dimulai kembali pada 2 Juni 2020. “Tapi tentu saja kami tidak bisa memutuskan apakah itu masuk atau mungkin ada kebijakan lain, kami masih menunggu instruksi pimpinan, maupun level lebih atas yakni pemerintah provinsi maupun pusat,” kata Kepala Dinas Pendidikan Jember Edi Budi Susilo.
Saat ini, Dispendik Jember memantau pelaksanaan pengisian nilai rapor kelas 1 sampai kelas 5. “Kemudian untuk kelas 6 termasuk pengisian ijazah, dan persiapan PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru),” kata Edi. [wir/suf]