https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/700x465/photo/2019/05/05/4255338839.jpg
Makanan pedas.NDTV Food

Asyiknya Santap Makanan Berasa Pedas, Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Anda, Mau Tahu? Ada Kabar Baiknya Kok..

by

Intisari-Online.com – Ada yang bilang,  kalau makan dengan  makanan yang berasa pedas membuat makan jadi nambah dan nambah lagi.

Memang sungguh menyenangkan makan dengan makanan yang beraroma pedas.

Apalagi saat berlebaran, yang biasanya disajikan ketupat bersama dengan teman-temannya.

Teman ketupat, si opor ayam, biasanya ditemani lagi dengan makanan yang berasa pedas, seperti rendang dan sambal goreng hati atau kentang.

Nah,  sesudah menyantap makanan pedas itu, pasti mulut terasa panas dan seperti terbakar.

Hal ini karena reseptor pada lidah mendeteksi suhu dan menunjukkan rasa sakit karenat adanya capsaicin yang terkandung dalam cabai.

Selain terasa panas di mulut, saat makan pedas suhu tubuh juga mengalami thermogenesis, yaitu proses di mana suhu internal tubuh meningkat.

Inilah yang membuat tubuh berkeringat, hidung berair, dan wajah menjadi merah karena permbuluh-pembuluh kecil atau yang disebut kapiler melebar.

Setelah lidah merasakan terbakar, sistem saraf tubuh akan menanggapi dengan melepaskan endorfin.

Endorfin inilah yang mengatasi rasa sakit akibat kepedesan.

Maka dari itu, kebanyakan orang merasa bahagia setelah makan pedas dan selalu ingin menambah makanannya.

Pernah merasa jantung berdegup lebih kencang setelah makan pedas? Ini karena rasa pedas meningkatkan sirkulasi darah.

Ini yang paling sering terjadi, ketika makan pedas mulut akan mengeluarkan lebih banyak air liur.

Kelenjar liur memproduksi lebih banyak air liur untuk membersihkan capsaicin yang ada di mulut.

Dikutip dari Wonderopolis, panas yang timbul dalam makanan pedas biasanya berasal dari cabai. Ada banyak jenis cabai di dunia ini mulai dari cabai rawit hingga paprika.

Semua jenis cabai tersebut mempunyai kesamaan yaitu mengandung senyawa tanaman yang disebut capsaicin.

Capsaicin bersifat iritan yang bisa menimbulkan iritasi. Artinya, ketika capsaicin masuk, tubuh akan berusaha melawannya.

 Reaksi tubuh terhadap capsaicin mirip dengan ketika merespons alergen atau sesuatu yang menimbulkan alergi.

Setelah tubuh mengetahui adanya capsaicin, respons segera terjadi. Selaput lendir (membran mucous) berubah ke mode pertahanan.

Maka dari itu, saat kita makan sesuatu yang pedas dan mengandung capsaicin, reaksi tubuh adalah membuat banyak lendir (ingus) untuk membilas capsaicin.

Tetapi tidak hanya di hidung, reaksi terhadap capsaicin sebenarnya terjadi di seluruh tubuh. Kita pasti menyadari ingus mengalir di hidung.

Tetapi reaksi yang tidak kita sadari adalah selaput di perut juga akan membuat cairan ekstra.

Dilansir dari Time, ahli THT dari University of Kentucky College of Medicine, Dr. Brett Comer mengatakan perut dan bagian dalam usus juga akan mulai mengeluarkan cairan berlebih.

Orang yang tidak tahan pedas bisa jadi mengalami diare atau sakit perut akibat lendir ekstra yang dikeluarkan ke saluran pencernaan sebagai respons terhadap makanan pedas.

Anthony Dickenson, peneliti dan profesor neruofarmakologi dari University College London menjelaskan capsaicin menyebabkan eksitasi yang mengarah pada perasaan panas atau nyeri yang membakar, dilatasi pembuluh darah, kemerahan pada kulit dan peningkatan suhu tubuh.

Meski tidak terjadi pada semua orang, makan pedas dapat menyebabkan perut kram. Hal ini karena capsaicin menyerang neurotransmitter yang menyebabkan kontraksi perut.

Semua itu sebagai respons terhadap panas yang membuat makanan pedas terasa enak bagi kebanyakan orang, terutama orang Indonesia.

Dalam kebanyakan kasus, sebenarnya capsaicin tidak menyebabkan makanan pedas berbahaya untuk dikonsumsi bahkan berpotensi bermanfaat bagi kesehatan.

Penelitian dari Cina menunjukkan kaitan antara konsumsi makanan pedas mengandung capsaicin dengan tingkat kematian yang lebih rendah.

Sejumlah peneliti lain mengatakan capsaicin tampaknya meningkatkan fungsi jantung dan metabolisme.

Para ahli menemukan bukti, capsaicin dapat memicu bentuk kematian sel yang sehat, yang dapat memperlambat atau mencegah jenis mutasi yang mengarah pada kanker.

Capsaicin juga terbukti melindungi jantung dan menjaga bentuk pinggang. Menurut ulasan pada 2017, capsaicin memiliki efek anti-obesitas.

Capsaicin pada cabai dapat meningkatkan metabolisme tubuh dan bisa membakar lemak lebih banyak. Hal ini bisa menurunkan berat badan lebih cepat.

Pada 2015, sebuah penelitian menemukan, capsaicin dapat menangkal akumulasi lemak visceral, yaitu jenis lemak yang menumpuk di usus dan organ sekitar yang menimbulkan penyakit.

Sebuah studi terhadap 36 orang dewasa mengungkapkan, menambahkan capsaicin dalam makanan selama empat minggu dapat meningkatkan fungsi jantung dan arteri, kemungkinan dengan meningkatkan pelebaran pembuluh darah yang sehat.

Untuk orang yang memiliki sakit mag memang tidak dianjurkan untuk mengonsumsi makanan pedas. Karena makanan pedas bisa mengikat reseptor esofagus yang dapat menimbulkan sensasi terbakar.

Capcaisin menyebabkan katup berotot di bagian atas perut tetap terbuka terlalu lama, membiarkan asam kembali ke kerongkongan. Ini yang tidak baik bagi penderita maag. (Soesanti Harini Hartono)

Artikel ini telah tayang di GridHealth.id dengan judul “Berlebaran Asyik Menyantap Masakan Pedas, Ini yang Akan Terjadi Pada Tubuh

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari