Demi Vaksin Corona Murah, Thailand Uji Cobakan ke Monyet
by Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNewsBangkok -
Thailand sedang melakukan uji coba vaksin Corona (COVID-19) pada monyet. Thailand berharap bisa menghasilkan vaksin dengan harga murah dan siap pakai tahun 2021.
Seperti dilansir AFP, Senin (25/5/2020) lebih dari 100 kandidat vaksin Corona saat ini menjalani berbagai tahap perkembangan di seluruh dunia. Setidaknya menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) ada delapan vaksin yang dalam proses uji klinis ke manusia.
Peneliti Universitas Oxford dianggap sebagai pelopor dalam perlombaan pencarian vaksin ini. Mereka memulai uji klinis bulan lalu pada versi yang didasarkan pada virus berbeda yang menyebabkan infeksi pada simpanse.
Suchinda Malaivitjitnond, direktur Pusat Penelitian Primata Nasional Thailand memantau suntikan vaksin Corona kepada 13 monyet, pada Sabtu (23/5) lalu. Dia mengatakan berharap menemukan vaksin "Buatan Thailand" akan lebih murah daripada obat Eropa atau Amerika.
Fase pengujian pada monyet datang setelah percobaan pada tikus berhasil. Mereka bekerja sama dengan University of Pennsylvania di AS menggunakan teknologi baru berbasis mRNA, sejenis materi genetik yang belum pernah digunakan sebelumnya untuk membuat vaksin.
Prosesnya mencakup menyuntikkan sekuens pendek materi genetik virus untuk memicu respons kekebalan dengan memproduksi protein yang bertindak melawan virus.
Setidaknya dua perusahaan lain - raksasa farmasi Pfizer dan Moderna yang berbasis di AS - sedang mengembangkan vaksin menggunakan teknologi yang sama, dengan yang terakhir melaporkan hasil awal yang positif pekan lalu dari uji klinis.
Thailand adalah negara pertama di luar China yang mendeteksi infeksi pada pertengahan Januari. Namun sejauh ini hanya melaporkan lebih dari 3.000 kasus Corona dan 57 kematian.
Ketua Pusat Penelitian Vaksin Chula di Universitas Chulalongkorn Dr. Kiat Ruxrungtham mengatakan, jika tes pada monyet berjalan dengan baik, percobaan manusia harus dimulai pada bulan Oktober.
"Impian kami adalah agar negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak harus tetap menjadi pembeli seumur hidup kami," ungkapnya.
(rdp/gbr)