Puasa Syawal Kapan Sebaiknya Dilakukan? Ini Saran Ustaz Abdul Somad
by Rosmha Widiyani - detikNewsJakarta -
Puasa Syawal menjadi ibadah yang sebaiknya dilakukan umat Islam selepas ibadah wajib di bulan Ramadhan. Hadits menjelaskan keutamaan puasa Syawal yang seperti melakukan ibadah seumur hidup,
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ " مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ بِسِتٍّ مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصَوْمِ الدَّهْرِ "
Artinya: Seperti diceritakan dari Abu Ayyub, Rasulullah SAW berkata, "Siapa saja yang berpuasa selama Ramadhan kemudian diikuti enam hari saat Syawal maka seperti berpuasa seumur hidup." (HR Ibnu Majah).
Senada dengan hadits tersebut, Ustaz Abdul Somad dalam perbincangannya dengan detikcom juga mengingatkan jangan sampai tidak melaksanakan puasa Syawal. Puasa bisa segera dilaksanakan selepas perayaan Idul Fitri 1441 H selama enam hari.
"Start Kamis (28/5/2020) mulai puasa Syawal. Senin (25/5/2020) mungkin masih banyak opor dan ketupat. Kita ini banyak yang kalau selesai Ramadhan seperti kuda lepas dari kandang, maunya melompat saja. Nah, ini mesti dikawal dulu," kata Ustaz Abdul Somad.
Ustaz Abdul Somad menjelaskan, puasa Syawal diharapkan bisa terus menjaga dan melestarikan nilai-nilai baik yang diperoleh selama Ramadhan. Melaksanakan puasa Syawal, yang merupakan ibadah sunnah, juga merupakan bagian dari mengikuti ajaran Rasulullah SAW.
Puasa Syawal memang sebaiknya dilakukan secepat mungkin bagi tiap muslim yang mampu. Namun hal ini sedikit berbeda dengan wanita, yang punya utang puasa karena datang bulan.
Dikutip dari Arab News, wanita sebaiknya menyelesaikan utang puasa lebih dulu, baru kemudian melakukan puasa Syawal. Dengan cara ini, wanita bisa menyelesaikan utang puasa sekaligus mendapat balasan kebaikan dari Allah SWT.
Balasan ini telah dijelaskan Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan Thawban,
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ، حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ الْحَارِثِ الذِّمَارِيُّ، قَالَ سَمِعْتُ أَبَا أَسْمَاءَ الرَّحَبِيَّ، عَنْ ثَوْبَانَ، مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ أَنَّهُ قَالَ " مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ
Artinya: Seperti dinarasikan dari Thawban, seorang budak yang dibebaskan Rasulullah, Nabi SAW berkata, "Siapa saja yang puasa enam hari setelah Idul Fitri akan berpuasa selama satu tahun tersebut, dengan satu kebaikan dihargai 10 kebaikan serupa." (HR Ibnu Majah).
Kebaikan dari ibadah sunnah, misal puasa Syawal, inilah yang diharapkan bisa menyelamatkan manusia di hari akhir. Amalan ibadah sunnah akan menyempurnakan kewajiban manusia yang tidak dijalankan dengan baik.
نْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ " أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ صَلاَتُهُ فَإِنْ كَانَ أَكْمَلَهَا وَإِلاَّ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ وُجِدَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَكْمِلُوا بِهِ الْفَرِيضَةَ "
Artinya: Seperti dinarasikan Abu Hurairah, Rasulullah SAW berkata, Amalan pertama yang dihitung dari seorang manusia adalah sholat. Jika sempurna maka semuanya akan tercatat lengkap, dan jika ada yang kurang Allah SWT akan berkata, "Periksalah jika hambaku melakukan ibadah sunnah (nafil)." Jika dia melakukannya maka ibadah wajib akan dilengkapi dari yang sunnah. (HR An-Nasa'i).
(row/erd)