https://statik.tempo.co/data/2020/05/21/id_939837/939837_720.jpg
Ilustrasi bersekolah dengan menggunakan masker. (Xinhua/Kaikeo Saiyasane)

Awas, Adaptasi Hidup New Normal Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental

by

TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat sudah harus mulai terbiasa dengan kehidupan di era new normal menyusul pandemi virus corona. Psikolog klinis Dian Selaras Layanan Psikologi Bali, Ida Ayu Saraswati Indraharsani, mengatakan proses beradaptasi seseorang dalam penerapan kenormalan baru dapat mempengaruhi kesehatan mental.

"Dalam menghadapi era new normal itu banyak tantangan yang harus dihadapi masyarakat, salah satunya adalah beradaptasi dengan kebiasaan baru. Ketika mereka tidak terbiasa dengan kondisi baru yang harus dihadapi, itu dapat menimbulkan stres karena penolakan terhadap kondisi itu. Dalam proses penerimaan new normal itu memungkinkan seseorang untuk menolak beradaptasi, yang akhirnya akan jadi stres," kata Saraswati.

Ia menjelaskan dalam beradaptasi pasti tidak mudah karena ada beberapa proses penolakan terhadap kebiasaan-kebiasaan baru yang harus dijalani. Salah satunya muncul ketidaksenangan untuk menjalankan kebiasaan-kebiasaan baru itu, sampai akhirnya pada tahap menerima kondisi dan mau menjalankan kebiasaan baru tersebut.

Proses beradaptasi setiap orang berbeda-beda tergantung dari persepsi dan kemampuan individu untuk menerima situasi. Ia mengatakan proses untuk menjadikan suatu perilaku agar menjadi kebiasaan itu butuh waktu, ada yang mudah beradaptasi dan ada juga yang lebih lambat.

Saraswati, yang juga psikolog di Lembaga Pelindungan Perempuan dan Anak Kabupaten Badung, menjelaskan kesehatan mental adalah kondisi yang baik tentang pikiran, perasaan, dan perilaku sehingga seseorang mampu menjalani suatu situasi dan mengoptimalkan kapasitas diri yang dimiliki. Dalam proses penerimaan new normal memungkinkan seseorang untuk menolak beradaptasi, yang akhirnya akan jadi stres.

Selain itu, kesehatan mental bukan sekedar kejiwaan normal atau tidak, tapi tentang kemampuan berpikir yang rasional untuk mengekspresikan emosi yang dirasa dan berperilaku tepat dengan kondisi yang dihadapi.

"Tidak mudah melihat definisi kesehatan mental karena kasat mata, enggak kayak kesehatan fisik yang bisa terlihat langsung. Tapi, sama kayak orang sakit fisik yang butuh waktu untuk sembuh, begitu juga kesehatan mental," katanya.

Sementara itu, terkait dengan penerapan new normal sudah banyak pihak yang membahas, hanya saja penerapannya masih belum digambarkan secara jelas. New normal yang diterapkan saat ini masih berpusat untuk pencegahan penyebaran pandemi.

"Dengan adanya new normal ini lama-lama bisa menjadi gaya hidup, misalnya pergi ke mana pun kalau ada kerumunan orang kita akan pakai masker, sehabis pergi atau menyentuh barang-barang di area publik akan selalu cuci tangan atau langsung mandi sebelum kumpul sama keluarga," ucap Saraswati.