https://statik.tempo.co/data/2020/05/25/id_940752/940752_720.jpg
Penerbangan saat operasi modifikasi cuaca menurunkan hujan untuk mencegah kebakaran hutan di wilayah Riau, Minggu 25 Mei 2020, atau hari kedua Lebaran. (BBTMC)

Operasi Turunkan Hujan di Hari Lebaran, Ini Alasan Tim TMC BPPT

by

TEMPO.CO, Jakarta - Operasi modifikasi cuaca menurunkan hujan untuk mencegah kebakaran hutan di wilayah Riau terus berjalan pada dua hari Lebaran, 24-25 Mei 2020. Bergulir sejak 13 Mei 2020, total volume air hujan yang diklaim dihasilkan dari operasi tersebut sudah mencapai 33,8 juta meter kubik.

Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Tri Handoko Seto, mengatakan operasi jalan terus karena potensi awan yang ada harus dioptimalkan. "Kami pantau melalui radar secara near realtime setiap hari, sehingga diambil keputusan dilaksanakan penyemaian awan atau tidak, saat itu juga," katanya lewat keterangan tertulis yang dibagika, Senin 25 Mei 2020.

Hari ini, dia menerangkan, tim TMC melaksanakan satu sorti penerbangan di wilayah Pelalawan, Indragiri Hulu, dan Indragiri Hilir. Sedang di hari pertama Lebaran, Minggu 24 Mei 2020, disebutkannya dilakukan satu sorti penerbangan penyemaian awan di wilayah Kabupaten Bengkalis, Siak, dan Kepulauan Meranti.

Secara keseluruhan, berdasarkan hasil pantauan satelit TRMM (Tropical Rainfall Measuring Missing) selama operasi TMC berjalan 13-23 Mei 2020, hujan turun merata di seluruh wilayah Provinsi Riau. Curah hujan terbesar berada di Bengkalis, Siak, Dumai, Rohil dan Kepulauan Meranti sebesar 80-300 mm. Sedangkan wilayah lainnya curah hujan pada kisaran 50-200 mm kecuali Rokan Hulu dengan curah hujan hanya sekitar 10- 120 mm.

“Hasilnya cukup baik guna pembasahan lahan gambut. Mudah-mudahan akan terus berlanjut," ujar Faisal Sunarto, Koordinator Lapangan Balai Besar TMC Posko TMC Riau.

Faisal mengatakan, hingga Minggu 24 Mei 2020 total volume air hujan yang tercatat sudah mencapai 33,8 juta m3 dengan rata-rata curah hujan harian sekitar 7,6 mm. Sedangkan akumulasi curah hujan aktual AWS/ARG dari BMKG mencatat angka 83,3 mm.

Adapun jumlah materi semai NaCL yang digunakan selama operasi berlangsung hingga 25 Mei sekitar 8,8 ton. Seluruhnya disemai dalam 11 kali penerbangan.

Kepala Bagian Pelayanan Teknologi Balai Besar TMC, Sutrisno, mengatakan jumlah hotspot di wilayah Riau hingga 21 Mei terpantau nol titik. Sedangkan, untuk target pembasahan lahan dipantau berdasarkan data tinggi muka air lahan gambut. "Trennya sebagian besar sudah menurun kendati masih dibawah nilai aman dari yang ditetapkan Badan Restorasi Gambut," ujarnya.

Sutrisno menambahkan, TMC Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau dijadwalkan selama 15 hari. Setelah Riau, tim akan berpindah untuk operasi yang sama di wilayah Sumatera Selatan sesuai arahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Berdasarkan prediksi BMKG, musim panas diprediksi mencapai puncaknya pada periode Juni hingga Agustus. Operasi TMC dilaksanakan terlebih dulu di Riau karena mayoritas Titik Pemantauan Tinggi Muka Air Tanah lahan gambut di Provinsi Riau, telah menunjukkan pada level waspada.