RS Darurat Corona Wisma Atlet Kemayoran Jadi Zona Kekarantinaan

by
https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2020/04/22/7507ac07-9c65-491a-afd3-43a115e40c57_169.jpeg?w=700&q=90
Foto: Relawan COVID-19 (ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)

Jakarta -

Pemerintah sempat melakukan kunjungan ke RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran. Dalam kunjungan itu, diketahui manajemen yang berlaku berbeda dengan rumah sakit lainnya, yang mana seluruh area Wisma Atlet diberlakukan sebagai zona kuning/zona kekarantinaan.

"Kami berkesempatan untuk melihat secara langsung kondisi RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, kami melihat bahwa seluruh sistem telah berjalan sesuai SOP yang diberlakukan. Ada beberapa kekhasan terkait dengan manajemen RS Darurat COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran," kata Juru Bicara Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, seperti dikutip dari situs Kemenkes, Senin (25/5/2020).

RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet merupakan RS yang dinyatakan sebagai RS Karantina yang artinya seluruh fasilitas yang berada di dalam pagar Wisma Atlet adalah zonasi kekarantinaan, zona kuning. Siapa saja yang mengakses ke wilayah RS dibatasi dan diatur sedemikian rupa.

Yuri menyebut zona kuning itu masih dibagi lagi ke dalam beberapa zona dengan tower yang berbeda. Pembagiannya yakni zona kuning administrasi terkait pengelolaan pendukung umum seperti logistik, donasi, dan bantuan.

Zona kuning untuk mendukung layanan pasien ini terkait manajemen sumber daya manusia seperti relawan yang terdiri dari gabungan dari tenaga kesehatan baik dari Kementerian Kesehatan, kementerian/lembaga lain, TNI-Polri serta relawan perguruan tinggi dan swasta. Pasca-penugasan, para relawan diperiksa kesehatannya karena ada yang ditugaskan selama 1 bulan ada juga yang 2 bulan. Ini untuk memastikan bahwa mereka aman untuk kembali ke keluarganya, sehingga semua petugas yang telah mengakhiri masa tugas akan menjalani pemeriksaan menyeluruh, termasuk pemeriksaan swab dan dipastikan negatif.

Lalu ada zona kuning dukungan psikologi pasien yang terkait respons terhadap masalah psikologis pasien selama mereka dirawat. Ini didominasi oleh kecemasan untuk berkumpul dan bertemu keluarga terutama di momen Hari Raya Idul Fitri kali ini.

"Kami melihat seluruhnya bekerja sesuai SOP. Kami juga melihat seluruh tenaga kesehatan bekerja secara profesional sesuai profesinya, mereka mengedepankan sumpah mereka untuk bekerja melayani pasien dengan tulus, oleh karena itu tadi kami sempat berdiskusi bahwa harus berlebaran tidak seperti biasanya," terang Yuri.

Pihaknya menekankan bahwa penanggulangan COVID-19 adalah tugas bersama, dibutuhkan partisipasi aktif masyarakat untuk patuh dan disiplin melaksanakan upaya pencegahan dengan cuci tangan pakai sabun, selalu pakai masker saat keluar rumah, hindari kerumunan.

"Dengan kinerja data seperti sekarang ini dilarang keluar rumah dan bepergian apalagi mudik, oleh karena itu kemarin kita sama-sama mendengar Bapak Wakil Presiden menyampaikan sholat Id di rumah, takbir dari rumah, kita tidak akan kehilangan keluarga karena sekarang semua memungkinkan dengan menggunakan teknologi tetapi ini penting untuk mengendalikan semuanya dan ingin segera pulih," ujarnya.

(gbr/fjp)