https://awsimages.detik.net.id/visual/2020/01/06/4ca77a86-3d6b-46a7-af8d-25a6fa6b2a80_169.jpeg?w=715&q=90
Foto: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim, meninjau langsung kondisi sekolah rusak karena angin dan hujan deras di Sekolah Dasar (SD) Negeri Cirimekar 02, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Senin (6/1/2020). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Kapan Masuk Sekolah, Ini Penjelasan dari Para Guru

by

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah masih belum menetapkan kapan tahun ajaran baru 2020 akan berlangsung akibat pandemi COVID-19. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Unifah Rosyidi menilai dalam menentukan pelaksanaan tahun ajaran baru, pemerintah harus lebih berhati-hati, tidak tergesa-gesa, dan menyiapkan berbagai skenario.

"Kita belum memiliki dasar ilmiah tentang tren atau grafik dari COVID-19 ini, kapan akan memuncak dan kapan melandai. Maka pengambilan keputusan kapan memulai ajaran baru harus dilakukan hati-hati dan tidak tergesa-gesa. Kalau Juli, maka harus ada plan A dan B yang dibuat. Jadi dari yang best to worst case," kata Unifah saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (25/05/2020).

Pemerintah menurutnya harus menyiapkan skenario jika kondisi dan situasi ini membuat belajar di rumah diperpanjang hingga Desember, ataupun pelaksanaan tahun ajaran baru di Juli 2020. Unifah menilai keduanya sama-sama berisiko, dan penting, serta harus memiliki dasar yang jelas.


Jika tahun ajaran baru ditetapkan Juli 2020, maka harus dipastikan anggaran yang cukup untuk menyediakan masker yang harus diganti setiap hari, sarana cuci tangan, dan disinfektan.

"Ini semua akan membawa dampak bagaimana pembelajaran dilaksanakan. Harus ada policy detail di sekolah, maka itu harus dibuat analisis dan dilakukan berbagai skenario. Senarionya apakah sekaligus, atau bertahap. Yang pasti menurut saya bertahap dan melihat daerahnya," katanya.

Meski menurutnya, daerah pun akan tetap mengikuti keputusan nasional tanpa melihat kesiapannya sendiri. Unifah menekannya perlu menjaga pola interaksi di sekolah untuk mencegah penyebaran virus corona.

"Masalahnya daerah-daerah di Indonesia kan kondisinya tidak merata makanya kami sebut harus berhati-hati," tegasnya.

Kalaupun situasi belajar di rumah berlangsung sampai akhir Desember, pemerintah harus membuat skenario pembelajaran dan tidak hanya diserahkan pada guru.

"Jangan hanya diserahkan ke guru kaya sekarang. Saat ini tidak ada policy yang jelas tentang pembelajaran di rumah. Harus ada guidelinenya, karena kita tidak bisa menyatakan itu terserah guru. Ini pembelajaran bermakna, siswa harus mencapai target kurikulum tertentu hanya caranya berubah," jelas Unifah.

Pemerintah harus membuat panduan sekolah di rumah yang jelas, sehingga peran Kepala Sekolah, Guru, dan Pengawas pun menjadi jelas. Jika sekolah di rumah tetap berjalan tanpa panduan, di daerah-daerah pun menurutnya akan kesulitan untuk mencapai target kurikulum.

"Ini sesuatu yang baru buat guru seluruh dunia, negara lain juga bingung, makanya pemerintah di negara lain mengambil sikap bagaimana merancang ini," katanya.

[Gambas:Video CNBC]

(hps/hps)