Pejabat AS Tuding China Bohongi WHO Soal Covid-19
by Redaksi WE Online, RosmayantiWE Online, Jakarta - Seorang pejabat tinggi Gedung Putih menyamakan penanganan China terhadap penyebaran virus Corona dengan bencana Chernobyl, Ukraina, Minggu (24/5/2020). Chernobyl merupakan pembangkit listrik tenaga nuklir yang harus ditutup pada 1986 akibat kebocoran yang sangat berbahaya hingga sekarang.
"Penutupan yang mereka lakukan terhadap virus ini akan terungkap dalam sejarah, bersama dengan Chernobyl. Kami akan melihat HBO spesial tentang hal itu sepuluh atau 15 tahun dari sekarang," ujar penasihat keamanan nasional, Robert O'Brien.
O'Brien mengatakan, Beijing mengetahui kondisi terjadi dengan virus Corona yang berasal dari Wuhan. Pemerintah China telah menyadari sejak November, tetapi berbohong kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan mencegah para pakar luar China untuk mengakses informasi.
Baca Juga: Tak Patut Ditiru! Kematian Covid-19 Tembus 100 Ribu, Warga AS Ramai-ramai Malah Berlibur di Pantai
"Mereka mengeluarkan virus di dunia yang menghancurkan triliunan dolar dalam kekayaan ekonomi Amerika yang harus kita keluarkan untuk menjaga ekonomi kita tetap hidup, untuk menjaga orang Amerika bertahan selama virus ini," kata O'Brien pada NBC "Meet the Press".
O'Brien menekankan, kondisi saat ini adalah masalah nyata dan menelan biaya ribuan, dengan ribuan nyawa di AS dan di seluruh dunia dipertaruhkan. China diklaim menahan informasi sebenarnya untuk menyebar keluar. "Itu adalah sebuah rahasia. Dan kita akan sampai pada dasarnya nanti," kata O'Brien.
Pernyataan O'Brien sejalan dengan tuduhan Presiden AS Donald Trump yang menyalahkan China atas dampak pandemi di negara itu. Dia mengeluh tentang penanganan China terhadap penyebaran virus corona.
China membantah tuduhan yang dilayangkan pemerintah dan diplomat AS. Beijing menuduh AS menyebarkan kebohongan dan menyerang negara itu.
Bencana di pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl, Uni Soviet, melepaskan bahan nuklir radioaktif yang menewaskan puluhan orang dalam beberapa minggu dan memaksa puluhan ribu orang melarikan diri. Moskow menunda mengungkapkan dampak kecelakaan nuklir terburuk dalam sejarah.
Partner Sindikasi Konten: Republika