Peluang Besar, Gojek Ingin 9 Startup Besutannya Fokus Garap Ritel
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) memprediksi industri ritel di Indonesia diprediksi tumbuh 10% tahun ini.
by Cindy Mutia AnnurPerusahaan layanan on demand Gojek meminta sembilan startup lokal didikannya fokus menggarap sektor ritel yang berkembang saat ini. Sembilan usaha rintisan tersebut merupakan lulusan program akselerasi, Gojek Xcelerate angkatan ketiga.
Gojek Xcelerate merupakan program akselerasi besutan Gojek bekerja sama dengan Digitaraya. Google, UBS, serta McKinsey & Company juga terlibat dengan kurikulum yang berbeda. Usaha rintisan mendapatkan sejumlah materi seperti strategi product and market fit, growth hacking, mencari pendanaan, kepemimpinan, dan membangun budaya.
Chief Marketing Officer Gojek Ainul Yaqin mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir masyarakat Indonesia semakin melek teknologi dan berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor ritel. Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), industri ritel di Indonesia diprediksi tumbuh 10% tahun ini.
"Jadi artinya, semakin banyak orang transaksi, menghabiskan waktu di dalam (platform ritel), maka semakin besar peluang bisnis ini luar biasa ke depannya," ujar Ainul dalam konferensi pers di kantornya, Jumat (14/2).
(Baca: Gojek Bocorkan Tiga Tips Kelola Bisnis Startup )
Sembilan startup lokal itu adalah marketplace penyewaan mainan dan perlengkapan bayi Gigel.id, marketplace bahan makanan Etanee, marketplace produk kosmetik dan perawatan tubuh Callista, e-commerce khusus sepatu Heiden Heritage, dan marketplace pangan ayam Meyer Food.
Lalu ada startup edutech anak dan orang tua Kiddo, e-commerce sepatu dan sendal Pijak Bumi, e-commerce produk kecantikan Mad for Makeup, serta e-commerce koper dan ransel Sugar Technology.
Meski begitu, Ainul mengatakan bahwa startup juga memiliki tantangan dalam menggarap ritel yakni mencari cara agar tidak tertinggal dengan perusahaan lain. Dia mencontohkan, Gojek masuk ke dalam industri ride hailing di waktu yang tepat ketika internet dan smartphone mulai diminati konsumen.
Sedangkan, menurut dia, apabila saat ini ada startup yang baru ingin masuk ke industri itu mungkin mereka bakal mengalami kesulitan untuk mengejar ketertinggalannya. "Intinya, (startup) harus jeli dalam mencari peluang bisnis," ujar Ainul.
Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita mengatakan, pertumbuhan industri ritel di Indonesia tumbuh pesat yakni rata-rata 10% per tahun. Dengan kondisi ini, digitalisasi jadi salah satu faktor perilaku konsumen untuk mendapatkan produk yang diinginkan. "Kami ingin memberikan bekal kepada para startup di program untuk agar tetap bisa bersaing dan memiliki nilai tambah dari produk," ujar Nila.
Nila mengatakan sejak angkatan pertama, ada sekurangnya 1.300 startup yang mendaftar dalam program Gojek Xcelerate. Pada angkatan pertama, program akselerasi ini berfokus pada mesin pembelajar (machine learning). Sedangkan, pada angkatan kedua, program ini berfokus melatih startup yang dipimpin oleh perempuan.
Berdasarkan data e-Conomy SEA 2019, 50% dari total ekonomi digital di Indonesia ada di sektor e-commerce. Laporan itu juga mencatat bahwa angkanya akan naik menjadi 60% pada 2025.
Managing Director Digitarata Nicole Yap mengatakan, startup yang dikembangkan Gojek sudah berada dalam sektor yang prospeknya cukup cerah. Apalagi, menurut dia, ada peluang besar bahwa ekonomi berbasis internet akan menjadi lebih besar dalam lima tahun ke depan.
"Saat ini orang tidak memandang e-commerce hanya sebagai cara untuk mengakses produk yang mereka butuhkan, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup mereka," ujar Nicole.
(Baca: Target jadi Unicorn, Startup India yang Disuntik Gojek Cari Pendanaan)