https://cdn2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/warga-penderita-virus-chikungunya-di-lamtoro.jpg
TribunJakarta.com/Jaisy Rahman Tohir
Warga yang terinfeksi virus Chikungunya di Tangerang Selatan 

Wabah Chikungunya Hantui Warga Tangsel, 60 Orang di Pamulang Timur Terjangkit

TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG SELATAN - Wabah virus chikungunya masih menghantui warga yang tinggal di kawasan Tangerang Selatan.

Setelah di Kampung Rawa Lele, Jombang, Ciputat, ada juga 60 warga Jalan Lamtoro, Pamulang Timur, Pamulang, terjangkit penyakit yang ditularkan nyamuk aedes aegypti itu.

Ketua RW 16 Pamulang Timur, Ajat, mengatakan, 60 warganya menderita sakit pada bagian persendian sejak pertengahan Januari.

"Ya kurang lebih ada 60-an lah di RW saya yang kena. Yang banyak di RT 3 dan 4 di RW 16," ujar Ajat di wilayahnya, Jumat (14/2/2020).

Ajat bahkan mengatakan, tiga cucunya pun ikut terjangkit chikungunya.

"Tiga cucu saya juga kena kemarin, iya cucu saya," ujarnya.

Hasanudin (65), baru saja didiagnosa chikungunya di klinik umum.

"Katanya chikungunya, cuma agak lama (sembuhnya)," ujarnya.

Seluruh badannya terasa sakit. Hasanudin mengatakan, jika digerakkan, anggota tubuhnya seperti tertusuk.

"Kalo gerak masya Allah kaya dicocogin sama jarum," ujarnya.

Tak hanya Hasanudin, keluarganya yang lain sudah lebih dulu terjangkit.

"Istri saya sudah duluan, anak-anak saya juga sudah kena," ujarnya.

Menggemparkan

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Tangerang Selatan (Tangsel), Imbar Umar Gozali, mengatakan, wabah chikungunya baru kali ini menggemparkan Tangsel.

Menurutnya, Tangsel tidak memiliki riwayat ramai terjangkit virus yang ditularkan nyamuk aedes aegypti itu.

"Tahun-tahun lalu enggak pernah. Yang gempar itu demam berdarah, chikungunya itu baru tahun ini," ujar Imbar di Serpong, Rabu (12/2/2020).

Imbar mengatakan, wabah cikungunya mirip dengan demam berdarah dengue (DBD), karena sama-sama ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti.

"Chikungunya sama DBD penyebabnya sama, aedes aegypti, nyamuk juga penyebabnya. Cuma dampaknya tidak sehebat demam berdarah. Kalau demam berdarah kan bisa sampai mati, kalau chikungunya tidak pernah sampai mati, dia infeksi hebat saja," paparnya.

Meski begitu, chikungunya tidak sampai berakibat kematian.

Imbar menjelaskan, gejala cikungunya membuat penderitanya demam, mengigau dan mengalami sakit pada bagian persendian.

"Panas tinggi banget, ngigau, ya sendi," jelasnya.

Penyembuhannya sendiri membutuhkan obat dari dokter yang disesuaikan dosisnya.

"Tergantung berobatnya sesaorang, kan dosis obat kalau 500 miligram, untuk berat 50 kilo, dia cepat reaksinya. Tapi kalau berat 80 kilo kan beda lagi," ujarnya.

Untuk pencegahan, Imbar menyarankan warga agar bersih-bersih lingkungan sekitar, utamanya dari genangan.

"Pertama itu kebersihan lingkungan, air genangan," jelasnya.

Permintaan Anggota DPRD Tangsel

Jaya (60) warga terjangkit gejala chikungunya di Kampung Rawa Lele, Jombang, Ciputat, Tangsel, Selasa (11/2/2020). (Tribunjakarta.com/Jaisy Rahman Tohir)
Anggota DPRD Tangerang Selatan (Tangsel), dari Fraksi PSI, Alexander Prabu, memantau langsung kondisi kampung Rawa Lele, Jombang, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel) yang terjangkit wabah cikungunya.

Ia melihat langsung puluhan warga kampung yang lemas lantaran persendiannya sakit dan tak berdaya neraktivitas seperti biasa.

Menurut Alex, panggilan karibnya, virus yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti itu disebabkan karena lingkungan yang kotor.

"Keadaan lingkungan kurang terawat, karena masih banyak tanah kosong dan tak terawat milik salah satu pengembang," ujar Alex melalui sambungan ponsel, Rabu (12/2/2020).

Yang terpenting saat ini, adalah pengobatan bagi warga yang terjangkit.

Telebih, melakukan pencegahan agar persebaran cikungunya tidak meluas.

"Dinkes harua menurunkan tim medis untuk mengadakan pengobatan dan pencegahan bagi masyarakat yang belum terkena. Kemudian cari tahu kenapa hanya RW 10 RT 01 yang banyak terkena," jelasnya.

Alex juga meminta agar Pemkot Tangsel bisa mendeteksi secara tepat penyebab munculnya cikungunya itu.

"Cek penyebab, lingkungankah, pola hidup buang sampah dan lain-lain. Semua temuan harus dicarikan solusi agar tak terulang lagi. Jadikanlah puskesmas sebagai pusat edukasi kesehatan masyarakat," jelasnya.

Alex juga menambahkan, "Perbanyak petugas medis puskesmas atau Dinkes menangani keadaan ini dan turun ke lokasi, buka posko pengobatan. Jangan setelah diminta baru jalan. Sedikit berempati pada masyarakat yang mendapat bencana."

Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul: Tak Hanya Rawa Lele, 60 Warga Lamtoro Pamulang Diduga Turut Terjangkit Chikungunya