Tariq Ramadan Resmi Dikenai 2 Lagi Dakwaan Pemerkosaan
Hidayatullah.com–Akademisi Muslim terkemuka Tariq Ramadan secara resmi didakwa melakukan pemerkosaan terhadap dua orang wanita lagi, sehingga total menjadi empat. Dakwaan itu diumumkan di akhir persidangan hari Kamis (13/2/2020) di Paris.
Pria berusia 57 tahun berkewarganegaraan Swiss itu tiba di pengadilan Paris tak lama sebelum pukul 09:30 waktu setempat hari Kamis, ditemani istrinya Iman Ramadan dan pengacaranya.
Ramadan, yang menolak menjawab pertanyaan media, pertama kali dipanggil ke pengadilan untuk diperiksa pada 23 Januari, tetapi kasusnya ditunda setelah dia jatuh sakit.
Pada persidangan terakhir tahun 2018, cucu Hassan al-Banna itu mengejutkan publik dengan mengakui telah melakukan hubungan seks “suka sama suka” dengan kedua penuduhnya, setelah selama beberapa bulan membantah melakukan kontak seksual dengan mereka. Penuduhnya adalah seorang wanita difabel yang disebut media bernama Christelle, dan satunya seorang aktivis feminis bernama Henda Ayari.
Pada 16 November 2018, pemilik gelar PhD itu diberikan pembebasan tahanan bersyarat dengan uang jaminan 300.000 euro dan setuju untuk menyerahkan paspornya serta melapor ke kantor kepolisian seminggu sekali.
Tahun 2019, seorang wanita ketiga muncul ke permukaan menuding Ramadan telah memperkosanya 9 kali antara tahun 2013 dan 2014. Kasus itu kemudian dibatalkan.
Akan tetapi sejak persidangan 2018, investigasi kriminal terhadap Ramadan diperluas termasuk tuduhan dari 3 korban potensial baru.
Seorang wanita bernama panggilan “Elvira” menjadi penuduh keempat musim panas lalu, tetapi polisi tidak dapat menemukan bukti pendukung pernyataannya.
Dua wanita lain, yang fotonya ditemukan di komputer milik Ramadan, ditanyai oleh polisi pada bulan Februari tahun lalu. Berdasarkan pengakuan mereka, hakim-hakim di pengadilan Prancis memutuskan untuk mengenai dua dakwaan pemerkosaan lagi terhadap Ramadan, lapor RFI.
Intelektual keturunan keluarga pendiri Ikhwanul Muslimin Mesir itu senantiasa membantah semua tuduhan pemerkosaan yang diarahkan kepadanya dan mengecam “kegilaan media” yang meliput kasusnya.
Para pendukung Ramadan, yang merupakan seorang profesor studi Islam kontemporer di St. Anthony’s College di Universitas Oxford, Inggris, menyebut tuduhan terhadapnya sebagai bagian dari rencana jahat Zionis untuk menjelekkan namanya.
Berstatus cuti dari Universitas Oxford sejak kasus itu muncul di akhir 2017, Ramadan berharap dapat melanjutkan perawatan rutin dari dokter-dokternya di Inggris yang mendiagnosisnya mengalami multiple sclerosis.*