https://www.hidayatullah.com/files/bfi_thumb/Dua-Biarawati1-32f91pvuj67gacuhmlkqgw.jpg
ilustrasi

Wanita Italia Lari dari Hukum Menyamar Jadi Biarawati Tinggal di Biara Katolik

Hidayatullah.com— Seorang wanita Italia menghindari kejaran aparat hukum selama 2 tahun dengan berpura-pura menjadi seorang biarawati dan bersembunyi di biara-biara di bagian utara Italia, kata polisi pekan ini.

Mengingatkan orang pada film komedi Inggris tahun 1990-an “Nuns on the Run”, wanita berusia 47 tahun itu divonis bersalah melakukan penipuan oleh pengadilan di Sisilia akhir tahun 2017 dan dihukum dua tahun penjara secara in absentia.

Sebuah surat penangkapan dikeluarkan, tetapi wanita itu melarikan diri dari pulau tersebut, menutupi jejaknya dan kabur ke bagian lain Italia, dimana dia menemukan tempat perlindungan dengan berpura-pura menjadi biarawati dan menikmati keramahtamahan di kawasan utara di Piedmont dan Lombard.

Menurut penyidik yang menanyai sejumlah biarawati yang tertipu, wanita itu menelepon biara-biara dengan berpura-pura sebagai seorang “suster yang mencari bantuan dan mengaku menderita sakit parah.”

Kepolisian Italia mengatakan wanita itu, yang berasal dari Acqui Terme di Piedmont dan belum disebutkan namanya, berulang kali mengubah identitasnya saat berpindah-pindah dari satu biara ke biara lain.

Para biarawati di salah satu susteran, yang menampung buronan wanita itu selama beberapa hari, mengatakan bahwa dia memperkenalkan dirinya sebagai seorang keponakan dari satu suster di sana. Lainnya mengatakan, wanita itu hanya menyebut dirinya sebagai seorang biarawati dan tidak mengarang-ngarang cerita lebih lanjut. Sedangkan di salah satu biara dia berani berpura-pura sebagai seorang mother superior, kepala komunitas keagamaan wanita Katolik.

Kebanyakan biarawati yang berbicara kepada pihak berwenang menggambarkan buronan itu sebagai seorang wanita yang sangat baik dan mendapat kepercayaan dari suster-suster lain.

Akan tetapi keberuntungannya sudah habis pekan lalu, ketika seorang biarawati dari susteran Benediktin di Gallatare, Provinsi Varese, curiga tentang identitasnya dan menelepon polisi. Menurut biarawati itu, buronan wanita tersebut memberikan berbagai cerita kontradiktif dan di beberapa kesempatan mengubah versi ceritanya.

Polisi lantas bergegas menuju susteran tersebut, dimana mereka mengajukan sejumlah pertanyaan tentang latar belakangnya. Penyidik mengatakan wanita itu sangat kooperatif, tetapi kelihatan bingung perihal sejumlah detil biografinya. Mereka meyakini wanita itu memiliki sebuah kartu identitas curian, lalu membawanya ke kantor polisi. Di sana mereka mengidentifikasinya sebagai seorang terdakwa dan telah divonis di Sisilia. Polisi langsung menjebloskannya ke dalam sel.

Sekarang selain vonis sebelumnya, wanita itu menghadapi dakwaan baru berupa kepemilikan identitas palsu. Pihak berwenang belum mengatakan kapan pertama kali wanita itu divonis hukuman penjara, lapor The Guardian Kamis (13/2/2020).

Sekitar 80% warga Italia mengidentifikasi dirinya sebagai penganut Katolik dan negara itu memiliki sejarah kaya akan penjahat-penjahat yang menggunakan penyamaran keagamaan untuk menghindari kejaran hukum.

Pada tahun 2013 seorang pria berusia 61 tahun pengedar narkoba asal Calabria menggunakan pakaian pendeta saat mengimpor kokain dari Prancis dengan mengendari sebuah mobil.

Selama bertahun-tahun bos Mafia Sisilia Totò Riina tampil dengan pakaian seorang pendeta menghadiri pertemuan-pertemuan dengan anggota organisasi kriminal itu di Calabria.

Menurut seorang bos mafia Sisilia bernama Giusy Vitale, seorang bos mafia lain bernama Bernardo Provenzano kerap muncul dengan mengenakan pakaian seorang uskup selama 43 tahun pelariannya. Provenzano akhirnya diringkus pada tahun 2006.*