Mengenal Orang Tengger, Manusia yang Selalu Hidup di Atas Awan
by Rizka Nur Laily MMerdeka.com - Ketika berwisata di kawasan Gunung Bromo, pengunjung akan menemui banyak laki-laki yang menawarkan jasa ojek. Para laki-laki ini tidak kenal waktu, sepanjang hari mereka ada di kawasan wisata Gunung Bromo. Mereka biasanya memakai topi gunung dan menyampirkan sarung di pundaknya, khususnya pada malam hari.
Para laki-laki ini tampak sangat lihai mengendarai motor di tengah belantara pasir Gunung Bromo. Mereka juga sangat lihai mengendarai motor menaklukkan kelokan-kelokan tajam yang berbatasan langsung dengan jurang. Jasa ojek mereka mengantarkan wisatawan ke tempat paling favorit untuk menikmati sunrise dan sunset dengan lanskap Bromo yang megah.
1 dari 3 halaman
Pekerjaan Turun Temurun
2020 Merdeka.com/aripitstop.com
Menjadi pengemudi ojek motor merupakan sumber mata pencaharian turun temurun dari masyarakat Tengger. Mereka menikmati keuntungan ekonomi itu dari kawasan wisata Bromo-Tengger-Semeru.
Selain pengemudi ojek, orang Tengger juga menjadi penyewa kuda. Sementara para laki-laki menjadi pengemudi ojek atau penyewa kuda, para perempuan berjualan makanan atau bunga edelweis.
Kawasan wisata Bromo sudah menjadi sumber utama bagi kehidupan dapur mereka. Selain melakukan transaksi ekonomi di kawasan wisata Gunung Bromo, mereka juga menggarap lahan pertanian. Tidak hanya untuk urusan ekonomi, Bromo juga menjadi ruh bagi keyakinan dan adat istiadat masyarakat Tengger.
2 dari 3 halaman
Upacara Kasodo, Ciri Khas Masyarakat Tengger
2020 Merdeka.com/pegipegi.com
Upacara Yadnya Kasada atau biasa disebut upacara Kasodo merupakan upacara tahunan masyarakat Tengger. Upacara Kasodo digelar pada tanggal 14 kasada atau pada bulan ke sepuluh. Sebagai informasi, masyarakat Tengger memiliki sistem penanggalan tersendiri yang tidak sama dengan penanggalan masehi yang biasa berlaku di Indonesia.
2020 Merdeka.com/pesona.travel
Pada upacara Kasodo, masyarakat Tengger turun ke kawasan Gunung Bromo. Barisan masyarakat Tengger membawa seserahan hewan ternak dan hasil panen pertanian menuju Gunung Bromo. Seserahan itu dipersembahkan untuk pada dewa. Mereka berharap, para dewa akan memberi keselamatan dan berkah bagi kehidupan.
3 dari 3 halaman
Ritual Ojung dan Karo
Selain upacara Yadnya Kasada, ada juga Ojung dan Karo. Ojung dikenal sebagai ritual meminta hujan. Ritual ini biasanya dilakukan ketika musim kemarau panjang melanda. Ojung sendiri sebenarnya mirip dengan model perkelahian.
Dilakukan dua laki-laki berusia 17-50 tahun, Ojung dilakukan dengan saling cambuk antarpeserta. Pemenangnya ditentukan oleh peserta yang paling banyak melakukan cambuk kepada lawannya. Cambuk yang digunakan dalam Ojung berupa rotan.
2015 merdeka.com/darmadi sasongko
Sementara Karo ialah perayaan hari raya masyarakat Tengger. Pelaksanaan Karo biasanya seusai hari raya Nyepi. Hari raya Karo dimeriahkan dengan pawai hasil bumi, kesenian adat berupa Tari Sodoran, dan dilanjutkan dengan acara silaturahmi ke rumah para tetangga dan sanak saudara. Selain adat istiadat tersebut, kita masih akan menemui beragam hal yang unik dan khas ketika bertemu dan bersinggungan langsung dengan masyarakat Tengger.
[rka]